WHAT'S NEW?
Loading...

Book Review: The Queen of Attolia (Sang Ratu dari Attolia)

Review Buku Penivia : The Queen of Attolia

Judul Buku : The Queen of Attolia (Sang Ratu dari Attolia)
ISBN : 978-97922-7649-7
Penerbit : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Penulis : Megan Whalen Turner (http://home.att.net/~mwturner)
Cetakan ke : Pertama (Juni, 2011)
Tebal : 362halaman + cover (2 halaman catatan penulis)
_________________________________________________________________________________


Blurb

Ketika Eugenides, sang Pencuri dari Eddis, mencuri Hadiah Hamiathes, Ratu Attolia kehilangan lebih dari sekedar benda keramat. Ia kehilangan muka. Semua orang tahu Eugenides berhassil memperdaya Ratu dan lolos darinya. Untuk memulihkan reputasi dan mempertahankan keukasaan, Ratu Attolia mengerahkan segala cara dan menerima segala bantuan yang ditawarkan... dan untuk membalas dendam dengan sempurna, dia menempatkan negaranya dalam risiko.

Eugenides bisa mencuri apapun. Dan dia menghina Ratu Attolia dengan berkeliaran di istana sang ratu sesuka hati. Jadi Attolia menunggu, yakin suatu saat Sang Pencuri akan tersandung karena terlalu sering menghantu istananya. Dan untuk itu Eugenides harus membayar mahal.

Ketika Eugenides mengetahui negara pegunungan kecilnya berperang dengan Attolia, dia harus mencuri seorang pria, seorang ratu, dan kedamaian. Tapi kemenangan sekaligus kekalahan terbesarnya adalah menangkap sesuatu yang dikira Ratu Attolia telah ia korbankan sejak lama.

Lanjutan Sang Pencuri dari Eddis—The Thief

Telah meraih penghargaan:
Booklist Top 10 Fantasy Book for Youth
Bulletin of the Center for Children’s Books, Blue Ribbon List (Best Book of 2000)
New York Public Library Books for the Teen Age, 2001
Parent’s Choice 2000 Fiction Gold Award
Parent’s Guide Honor Award, 2000
A Choosen Book of teh Cooperative Children’s Book Center, 2001
______________________________________________________________________________

Cover Original The Queen of Attolia

WASPADA----AREA PENUH SPOILER---

Yup, seperti yang sebelumnya saya katakan pada post tentang Review Buku Pertama : The Thief, saya akan melanjutkan bacaan 2017 saya dengan membaca lanjutannya, yakni The Queen of Attolia. Seperti buku sebelumnya, cover dari novel ini kental akan nuansa warna hijau, juga masih dibarengi warna kuning pucat-oranye.  Tapi menurut saya warna kuning pucat yang menyatu dengan ukiran putih pada cover depan memberi kesan tersendiri, yang sulit saya artikan.

(URGENT)
Saat pertama kali membuka lagi buku ini untuk dibaca, saya merasa sedikit sedih pun kecewa. Meski tekstur bukunya terasa lebih baik dibandingkan The Thief yang pernah beberapa kali berpidah tangan, tapi kondisi jamur pada kertasnya tidak lebih baik. Maklum saja, ketika daerah tempat tinggal saya di landa banjir, rumah tinggal saya menjadi lembab untuk waktu yang lama. Saya sudah meng-anginkan buku-buku saya beberapa waktu dan menghindari kontak langsung dengan cahaya matahari yang katanya juga dapat menimbulkan kerusakan. Saya sangat prihatin dengan kondisi buku saya, dan berharap mendapatkan saran untuk penanggulangan ataupun perawatannya.

Ok, langsung saja masuk ke area spoiler yang sebenarnya..

Awal membaca buku ini perubahan signifikannya ada di POV-nya. Buku sebelumnya hampir keseluruhan menggunakan sudut pandang orang pertama, Gen. Tapi, buku kali ini justru tidak ada sudut pandang orang pertama sama sekali. Semuanya sudut pandang orang ketiga-serba tahu.

Sejak buku pertama, saya yakin Eugenides, Gen pada pertemuannya dengan Ratu Attolia, Irene sudah menaruh perasaan pada wanita anggun itu. Namun kedekatannya dengan Ratu Eddis, Helen, jujur sedikit membuat saya ragu, apakah perasaan Eugenides terhadap Ratu Attolia persis seperti yang saya bayangkan. Meski telah menduga, bahwa buku kedua ini akan berfokus pada Eugenides dan Ratu Attolia, dugaan awal saya yang lain justru salah. Saya pikir buku kedua akan menyajikan lebih banyak romansa antara Eugenides dan Ratu Attolia, yang saya duga akan mulai tertarik dengan kemampuan dan cara berpikir Eugenides. Tapi dugaan itu salah.

Sebelum mencapai halaman 39, saya harus menelan fakta bahwa yang dimiliki Ratu Attolia hanyalah kemarahan dan dendam terhadap Eugenides. Saya sangat membenci Ratu Attolia dari awal cerita kali ini bermula, hingga cerita pada buku ini semakin mendekati akhir. Alasannya tidak sesederhana penyesalannya setelah dia memotong tangan kanan Eugenides. Sulit untuk dijelaskan.

Saya larut dalam kesedihan melihat bagaimana Eugenides terpuruk dan frustasi, juga bagaimana ia harus menghadapi mimpi-mimpi buruk setiap malam mengingat kenangan menyeramkan itu. Saya pun bisa merasakan (atau membayangkan?) ketakutan yang ia rasakan. Untung saja ada Ratu Eddis yang terus support Gen,  bisa dibilang Helen, Ratu Eddis ini yang paling mengenal Gen dibandingkan seluruh orang yang ada dalam kisah ini.

Meski berlebihan dan sudah diulang-ulang, saya memang benar-benar merasa jatuh cinta terhadap Eugenides, dan sekarang ia bertahta seorang diri menggantikan posisi Farid dari Inkworld yang sudah lama hilang dari hati imajiner saya. Tapi saya tak cukup berani untuk meminta Meggie atau Mo untuk membacakan saya agar masuk dalam kisah itu. Menyaksikan sendiri dia bersanding dengan Ratu Attolia sepertinya akan menyakitkan. Hal itu pasti lebih sulit dibandingkan menerima dia dan seorang karakter wanita dijodohkan dalam sebuah buku kesukaanmu.

Padahal pada bagian pertengahan akhir saya merasa punya harapan bahwa Eugenides tidak akan bersanding dengan Ratu Attolia, tapi fakta itu sama menyakitkannya dengan mengetahui kesedihan Eugenides yang akan terus mencintai Ratu Attolia dan bagaimana keterpurukan rasa frustasi Gen serta kekecewaannya pada diri sendiri  karena tidak bisa berada di dekat wanita yang ia cintai. Seperti kalimat yang sering diungkapkan di dunia nyata, Cinta itu buta dan tak dapat dipaksakan.

Zzzz, di skip saja perasaan aneh saya yang sulit dimengerti ini.

Well, sebenarnya saya penasaran dengan usia sebenarnya dari masing-masing karakter yang tidak pernah dijelaskan dengan gamblang, yang bisa saya ketahui hanya Helen lebih tua dibandingakan Irene, dan Irene lebih tua dibandingkan Gen.

The Queen of Attolia yang diterbitkan oleh Greenwillow Book; 2006

RE-PEAT ANNOUNCEMENT (?)
(Jika ada yang tau apakah buku keempat dan kelima itu akan diterbitkan atau sudah diterbitkan di Indonesia, tolong bagi tau saya ye. Atau ada info beli bukunya yang ori pun tak ape.)

Terakhir, saya sedikit kecewa bahwa catatan penulis yang ditulis oleh Megan W. Turner sangat sedikit dibandingkan sebelumnya. Saya memang menerka-nerka Kekaisaran Mede yang diceritakan dalam kisah ini terinspirasi dari mana. Tapi begitu mengetahui nama salah seorang karakter asal kekaisaran Mede adalah Nahuseresh, saya yakin bahwa inspirasinya datang dari Kekaisaran Mesir, mengingat pernahnya Kekaisaran Mesir mencoba menduduki wilayah Yunani (cmiiw).

Hanya saja, ketika membaca catatan penulis ini, Megan W. Turner lebih banyak mengulas Persia dan Romawi. Saya jadi curiga kalau sebenarnya kekaisaran Mede terinspirasi dari Persia, dan pada seri lanjutan buku ini saya akan menemukan bahwa 3 kerajaan yang saya kenal di buku ini akhirnya akan kalah dari kekaisaran atau kerajaan luar. (Padahal dikasih liat Dewi Hephestia, tentang kerajaan yang lenyap karena letusan gunung berapi aja saya sudah sedih)

Berikut saya akan munculkan sedikit spoiler dari kalimat-kalimat menarik yang saya temukan dibuku in sebagai penutup.

...Dia membayangkan kakeknya menunggu di gerbang akhirat, dan dia tidak ingin mengatakan kepada kakeknya bahwa dia menghabiskan saat-saat terakhirnya dengan tidur siang. Sang kakek tidak akan terkesan dengan sikap seperti itu.
-32
(Ketika Eugenides berada di selnya menunggu keputusan hukuman dari Ratu Attolia.)

...“Asingkan mereka semua,” usul Eugenides sekali waktu
“Kau tau aku tak bisa melakukan itu. Suatu hari mereka akan menjadi perwira di pasukanku, menteri perdaganganku, dan bendaharaku.”
“Kau bisa menjadikanku perwira.”
“Kau merobek formulir pendaftaranmu saat terakhir kali kau bertengkar dengan ayahmu.”
“Aku akan menjadi menterimu--”.
“Menjadi atasan bendaharaku? Kau akan mencuri dariku tanpa ragu.”
“Aku takkan pernah mencuri darimu,” balas Eugenides, panas.
“O ya? Mana kalung permataku? Mana anting-antingku yang hilang?”
 “Kalung tu tampak konyol. Hanya itu satu-satunya cara agar kau tak lagi memakainya.”
“Anting-antingku?”
“Anting-anting apa?”
“Eugenides!” Eddis tertawa.
-56
(Ketika Ratu Eddis mengenang percakapannya dengan Gen saat Eugenides muda itu selalu dikerjai dan kalah dari sepupu-nya)

“Apa kau ingin makan?” tanya ayahnya.
“Aku makan roti upacara di kuil.”
Ayahnya menggeleng-geleng keheranan. “Tidak ada petir yang muncul?” tanyanya.
“Tidak satu pun,” kata Eugenides.
“Beruntung sekali,”...
-85
(Ketika ayah Eugenides bercakap sejenak dengan putranya setelah Eugenides kembali dari merajuk dan mengurung diri di kuil)

“Aku akan berhenti berteriak. Tapi aku tidak mau duduk. Aku mungkin butuh melempar lebih banyak botol tinta. Apa Galen melarangmu memberitahuku?”
-91
(Ketika Eugenides marah dan meminta penjelasan kepada Eddis, tentang perangnya dengan Attolia)

“Saat kau akan pergi, setelah kunjunganmu yang sangat mencerahkan di musim semi. Kau bilang, ‘Kau masih bisa melakukan sesuatu’ Itu persisnya ucapanmu”
“Maksudku kau membujuk ratumu untuk menyerah, bukan menghancurkan angkatan laut kami di pelabuhan kami sendiri!” teriak Magus
-110
(Ketika Eugenides menculik Magus Sounis dan berdiskusi dengan sang Magus sebelum pergi.)

“Kau boleh bekerja di perpustakaan,” kata Ratu dengan anggun.
Eugenides membuka mata dan mulai duduk,“Apa> Di perpustakaanku? Dengan Dia bisa merecokiku setiap hari?”
 “Itu perpustakaanku,”Ratu mengingatkan si pencuri.

-152
(Ketika Ratu Eddis menawarkan Magus Eddis bekerja di perpustakaannya yang tak lain adalah kamar Eugenides)

“Agape yang malang,” kata Eugenides sedih.
“Sifat Raja tidak sebegitu buruknya,” kata Magus membela rajanya.
 “Aku yakin begitu,” kata Eugenides setuju. “tapi dia menyebabkan banyak pertumpahan darah hanya karena menginginkan wanita yang tidak bisa dia dapatkan.”
“Itu bukan hal baru dalam sejarah dunia,”kata Magus
-187
(Ketika Eugenides menyarankan Magus Sounis untuk menjodohkan Raja Sounis dan sepupu Ratu Eddis, Agape yang sangat mirip dengan sang Ratu karena ia tau Eddis takkan pernah mau menerima lamaran Sounis)

The Queen of Attolia (Hard Cover)
yang diterbitkan oleh William Morrow and Company; 2000
Ilustrator : Walter Giffney - Kessel

Review Buku KetigaThe King of Attolia

Sebenarnya saya juga ingin menuliskan kutipan ’lamaranEugenides kepada Ratu Attolia, ketika dia menculik sang Ratu, dan memberikannya pilihan hidup-mati. Dimana penawarannya adalah bahwa ia ingin menjadi Raja Attolia. Agak greget waktu Ratu Attolia pikir, Eugenides mau bunuh beliau setelah ditunjuk jadi pewaris tahta. Tapi suka banget, ekspresi datarnya Eugenides waktu bilang kalau ada cara lain untuk dia bisa menjadi Raja, yang kemudian disadari Attolia, kalau Eugenides ingin menikah dengannya. Pokoknya mulai halaman 244 sampai halaman 262, saya senyum-senyum sendiri dengan sikap Eugenides terhadap Ratu. Udah jelaslah ya Eugenides itu jahil. Tapi cara dia ngomong ke Ratu tanpa ekspresi buat meredam ketakutan dia akan kenangan buruknya, menyembunyikan kenangan waktu dia pertama kali melihat Ratu saat masih kecil dan akhirnya jatuh hati, serta perasaan lainnya dengan wajah datar itu keren~

Juga ada scene bagaimana akhirnya Eugenides menggoda Ratu Attolia yang masih tidak ingin menunjukkan ketertarikannya terhadap Eugenides dengan memilih kata-kata yang bikin sang Ratu cemburu. Dan, semua itu dia lakuin dihadapan Eddis yang cuma bisa melongo.

Terakhir juga ada, kutipan ketika Eugenides berbicara dengan Moria, dan Dewa-Dewinya, itu juga keren banget...

Tapi sayangnya berhubung semua itu panjang banget, dan saya ogah mengetiknya, karena saya tau yang bakalan baca keseluruhan juga gak ada //slapped. Jadi saya udahan aja~
Segitu saja, ciao...

The King of Attolia, I’m coming~

0 komentar:

Posting Komentar