Review Buku Penivia : The Queen of Attolia |
Judul Buku : The Queen of Attolia (Sang Ratu dari Attolia)
ISBN :
978-979—22-7649-7
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan
ke : Pertama (Juni, 2011)
Tebal : 362halaman + cover (2 halaman
catatan penulis)
_________________________________________________________________________________
Blurb
Ketika Eugenides, sang Pencuri dari Eddis, mencuri Hadiah
Hamiathes, Ratu Attolia kehilangan lebih dari sekedar benda keramat. Ia
kehilangan muka. Semua orang tahu Eugenides berhassil memperdaya Ratu dan lolos
darinya. Untuk memulihkan reputasi dan mempertahankan keukasaan, Ratu Attolia
mengerahkan segala cara dan menerima segala bantuan yang ditawarkan... dan
untuk membalas dendam dengan sempurna, dia menempatkan negaranya dalam risiko.
Eugenides bisa mencuri apapun. Dan dia menghina Ratu
Attolia dengan berkeliaran di istana sang ratu sesuka hati. Jadi Attolia
menunggu, yakin suatu saat Sang Pencuri akan tersandung karena terlalu sering
menghantu istananya. Dan untuk itu Eugenides harus membayar mahal.
Ketika Eugenides mengetahui negara pegunungan kecilnya
berperang dengan Attolia, dia harus mencuri seorang pria, seorang ratu, dan
kedamaian. Tapi kemenangan sekaligus kekalahan terbesarnya adalah menangkap
sesuatu yang dikira Ratu Attolia telah ia korbankan sejak lama.
Lanjutan Sang Pencuri dari Eddis—The Thief
Telah meraih penghargaan:
Booklist Top 10 Fantasy Book for Youth
Bulletin of the Center for Children’s Books, Blue Ribbon
List (Best Book of 2000)
New York Public Library Books for the Teen Age, 2001
Parent’s Choice 2000 Fiction Gold Award
Parent’s Guide Honor Award, 2000
A Choosen Book of teh Cooperative Children’s Book Center,
2001
______________________________________________________________________________
Cover Original The Queen of Attolia |
WASPADA----AREA PENUH SPOILER---
Yup, seperti yang sebelumnya saya katakan pada post
tentang Review Buku Pertama : The Thief, saya akan melanjutkan bacaan 2017 saya dengan membaca
lanjutannya, yakni The Queen of Attolia. Seperti buku sebelumnya, cover
dari novel ini kental akan nuansa warna hijau, juga masih dibarengi warna
kuning pucat-oranye. Tapi menurut saya
warna kuning pucat yang menyatu dengan ukiran putih pada cover depan
memberi kesan tersendiri, yang sulit saya artikan.
(URGENT)
Saat pertama kali membuka lagi buku ini untuk dibaca,
saya merasa sedikit sedih pun kecewa. Meski tekstur bukunya terasa lebih baik
dibandingkan The Thief yang pernah beberapa kali berpidah tangan, tapi kondisi
jamur pada kertasnya tidak lebih baik. Maklum saja, ketika daerah tempat
tinggal saya di landa banjir, rumah tinggal saya menjadi lembab untuk waktu
yang lama. Saya sudah meng-anginkan buku-buku saya beberapa waktu dan
menghindari kontak langsung dengan cahaya matahari yang katanya juga dapat
menimbulkan kerusakan. Saya sangat prihatin dengan kondisi buku saya, dan
berharap mendapatkan saran untuk penanggulangan ataupun perawatannya.
Ok, langsung saja masuk ke area spoiler yang
sebenarnya..
Awal membaca buku ini perubahan signifikannya ada di POV-nya.
Buku sebelumnya hampir keseluruhan menggunakan sudut pandang orang pertama, Gen.
Tapi, buku kali ini justru tidak ada sudut pandang orang pertama sama sekali.
Semuanya sudut pandang orang ketiga-serba tahu.
Sejak buku pertama, saya yakin Eugenides, Gen pada
pertemuannya dengan Ratu Attolia, Irene sudah menaruh perasaan pada
wanita anggun itu. Namun kedekatannya dengan Ratu Eddis, Helen, jujur
sedikit membuat saya ragu, apakah perasaan Eugenides terhadap Ratu Attolia persis
seperti yang saya bayangkan. Meski telah menduga, bahwa buku kedua ini akan
berfokus pada Eugenides dan Ratu Attolia, dugaan awal saya yang lain justru
salah. Saya pikir buku kedua akan menyajikan lebih banyak romansa antara
Eugenides dan Ratu Attolia, yang saya duga akan mulai tertarik dengan kemampuan
dan cara berpikir Eugenides. Tapi dugaan itu salah.
Sebelum mencapai halaman 39, saya harus menelan fakta
bahwa yang dimiliki Ratu Attolia hanyalah kemarahan dan dendam terhadap
Eugenides. Saya sangat membenci Ratu Attolia dari awal cerita kali ini bermula, hingga cerita
pada buku ini semakin mendekati akhir. Alasannya tidak sesederhana
penyesalannya setelah dia memotong tangan kanan Eugenides. Sulit untuk
dijelaskan.
Saya larut dalam kesedihan melihat bagaimana Eugenides
terpuruk dan frustasi, juga bagaimana ia harus menghadapi mimpi-mimpi buruk
setiap malam mengingat kenangan menyeramkan itu. Saya pun bisa merasakan (atau membayangkan?) ketakutan yang ia rasakan. Untung saja ada Ratu Eddis yang terus support Gen, bisa dibilang Helen, Ratu Eddis ini yang paling mengenal Gen dibandingkan
seluruh orang yang ada dalam kisah ini.
Meski berlebihan dan sudah diulang-ulang, saya memang
benar-benar merasa jatuh cinta terhadap Eugenides, dan sekarang ia bertahta
seorang diri menggantikan posisi Farid dari Inkworld yang sudah
lama hilang dari hati imajiner saya. Tapi saya tak cukup berani untuk meminta Meggie
atau Mo untuk membacakan saya agar masuk dalam kisah itu.
Menyaksikan sendiri dia bersanding dengan Ratu Attolia sepertinya akan
menyakitkan. Hal itu pasti lebih sulit dibandingkan menerima dia dan seorang
karakter wanita dijodohkan dalam sebuah buku kesukaanmu.
Padahal pada bagian pertengahan akhir saya merasa punya
harapan bahwa Eugenides tidak akan bersanding dengan Ratu Attolia, tapi fakta
itu sama menyakitkannya dengan mengetahui kesedihan Eugenides yang akan terus
mencintai Ratu Attolia dan bagaimana keterpurukan rasa frustasi Gen serta kekecewaannya pada diri sendiri karena tidak bisa berada di dekat
wanita yang ia cintai. Seperti kalimat yang sering diungkapkan di dunia nyata, Cinta itu buta dan tak dapat dipaksakan.
Zzzz, di skip saja perasaan aneh saya yang sulit
dimengerti ini.
Well, sebenarnya saya penasaran dengan usia sebenarnya dari
masing-masing karakter yang tidak pernah dijelaskan dengan gamblang, yang bisa
saya ketahui hanya Helen lebih tua dibandingakan Irene, dan Irene
lebih tua dibandingkan Gen.
The Queen of Attolia yang diterbitkan oleh Greenwillow Book; 2006 |
RE-PEAT ANNOUNCEMENT (?)
(Jika ada yang tau apakah buku keempat dan kelima itu
akan diterbitkan atau sudah diterbitkan di Indonesia, tolong bagi tau saya ye.
Atau ada info beli bukunya yang ori pun tak ape.)
Terakhir, saya sedikit kecewa bahwa catatan penulis yang
ditulis oleh Megan W. Turner sangat sedikit dibandingkan sebelumnya. Saya memang
menerka-nerka Kekaisaran Mede yang diceritakan dalam kisah ini terinspirasi
dari mana. Tapi begitu mengetahui nama salah seorang karakter asal kekaisaran
Mede adalah Nahuseresh, saya yakin bahwa inspirasinya datang dari
Kekaisaran Mesir, mengingat pernahnya Kekaisaran Mesir mencoba menduduki
wilayah Yunani (cmiiw).
Hanya saja, ketika membaca catatan penulis ini, Megan W.
Turner lebih banyak mengulas Persia dan Romawi. Saya jadi curiga kalau sebenarnya
kekaisaran Mede terinspirasi dari Persia, dan pada seri lanjutan buku ini saya
akan menemukan bahwa 3 kerajaan yang saya kenal di buku ini akhirnya akan kalah
dari kekaisaran atau kerajaan luar. (Padahal dikasih liat Dewi Hephestia,
tentang kerajaan yang lenyap karena letusan gunung berapi aja saya sudah sedih)
Berikut saya akan munculkan sedikit spoiler dari
kalimat-kalimat menarik yang saya temukan dibuku in sebagai penutup.
...Dia membayangkan kakeknya menunggu di gerbang akhirat,
dan dia tidak ingin mengatakan kepada kakeknya bahwa dia menghabiskan saat-saat
terakhirnya dengan tidur siang. Sang kakek tidak akan terkesan dengan sikap
seperti itu.
-32
(Ketika Eugenides
berada di selnya menunggu keputusan hukuman dari Ratu Attolia.)
...“Asingkan mereka semua,” usul Eugenides sekali waktu
“Kau tau aku tak bisa melakukan itu. Suatu hari mereka
akan menjadi perwira di pasukanku, menteri perdaganganku, dan bendaharaku.”
“Kau bisa menjadikanku perwira.”
“Kau merobek formulir pendaftaranmu saat terakhir kali
kau bertengkar dengan ayahmu.”
“Aku akan menjadi menterimu--”.
“Menjadi atasan bendaharaku? Kau akan mencuri dariku
tanpa ragu.”
“Aku takkan pernah mencuri darimu,” balas Eugenides,
panas.
“O ya? Mana kalung permataku? Mana anting-antingku yang
hilang?”
“Kalung tu tampak
konyol. Hanya itu satu-satunya cara agar kau tak lagi memakainya.”
“Anting-antingku?”
“Anting-anting apa?”
“Eugenides!” Eddis tertawa.
-56
(Ketika Ratu Eddis
mengenang percakapannya dengan Gen saat Eugenides muda itu selalu dikerjai dan
kalah dari sepupu-nya)
“Apa kau ingin makan?” tanya ayahnya.
“Aku makan roti upacara di kuil.”
Ayahnya menggeleng-geleng keheranan. “Tidak ada petir
yang muncul?” tanyanya.
“Tidak satu pun,” kata Eugenides.
“Beruntung sekali,”...
-85
(Ketika ayah
Eugenides bercakap sejenak dengan putranya setelah Eugenides kembali dari
merajuk dan mengurung diri di kuil)
“Aku akan berhenti berteriak. Tapi aku tidak mau duduk.
Aku mungkin butuh melempar lebih banyak botol tinta. Apa Galen melarangmu
memberitahuku?”
-91
(Ketika
Eugenides marah dan meminta penjelasan kepada Eddis, tentang perangnya dengan
Attolia)
“Saat kau akan pergi, setelah kunjunganmu yang sangat
mencerahkan di musim semi. Kau bilang, ‘Kau masih bisa melakukan sesuatu’ Itu
persisnya ucapanmu”
“Maksudku kau membujuk ratumu untuk menyerah, bukan
menghancurkan angkatan laut kami di pelabuhan kami sendiri!” teriak Magus
-110
(Ketika
Eugenides menculik Magus Sounis dan berdiskusi dengan sang Magus sebelum
pergi.)
“Kau boleh bekerja di perpustakaan,” kata Ratu dengan
anggun.
Eugenides membuka mata dan mulai duduk,“Apa> Di
perpustakaanku? Dengan Dia bisa merecokiku setiap hari?”
“Itu
perpustakaanku,”Ratu mengingatkan si pencuri.
-152
(Ketika Ratu
Eddis menawarkan Magus Eddis bekerja di perpustakaannya yang tak lain adalah
kamar Eugenides)
“Agape yang malang,” kata Eugenides sedih.
“Sifat Raja tidak sebegitu buruknya,” kata Magus membela
rajanya.
“Aku yakin
begitu,” kata Eugenides setuju. “tapi dia menyebabkan banyak pertumpahan darah
hanya karena menginginkan wanita yang tidak bisa dia dapatkan.”
“Itu bukan hal baru dalam sejarah dunia,”kata Magus
-187
(Ketika
Eugenides menyarankan Magus Sounis untuk menjodohkan Raja Sounis dan sepupu
Ratu Eddis, Agape yang sangat mirip dengan sang Ratu karena ia tau Eddis takkan
pernah mau menerima lamaran Sounis)
The Queen of Attolia (Hard Cover) yang diterbitkan oleh William Morrow and Company; 2000 Ilustrator : Walter Giffney - Kessel |
Review Buku Ketiga : The King of Attolia
Sebenarnya saya juga ingin menuliskan kutipan ’lamaran’
Eugenides kepada Ratu Attolia, ketika dia menculik sang Ratu, dan memberikannya
pilihan hidup-mati. Dimana penawarannya adalah bahwa ia ingin menjadi Raja
Attolia. Agak greget waktu Ratu Attolia pikir, Eugenides mau bunuh
beliau setelah ditunjuk jadi pewaris tahta. Tapi suka banget, ekspresi datarnya
Eugenides waktu bilang kalau ada cara lain untuk dia bisa menjadi Raja, yang
kemudian disadari Attolia, kalau Eugenides ingin menikah dengannya. Pokoknya
mulai halaman 244 sampai halaman 262, saya senyum-senyum sendiri dengan sikap
Eugenides terhadap Ratu. Udah jelaslah ya Eugenides itu jahil. Tapi cara
dia ngomong ke Ratu tanpa ekspresi buat meredam ketakutan dia akan kenangan
buruknya, menyembunyikan kenangan waktu dia pertama kali melihat Ratu saat
masih kecil dan akhirnya jatuh hati, serta perasaan lainnya dengan wajah datar
itu keren~
Juga ada scene bagaimana akhirnya Eugenides menggoda Ratu
Attolia yang masih tidak ingin menunjukkan ketertarikannya terhadap Eugenides
dengan memilih kata-kata yang bikin sang Ratu cemburu. Dan, semua itu dia lakuin
dihadapan Eddis yang cuma bisa melongo.
Terakhir juga ada, kutipan ketika Eugenides berbicara
dengan Moria, dan Dewa-Dewinya, itu juga keren banget...
Tapi sayangnya berhubung semua itu panjang banget, dan
saya ogah mengetiknya, karena saya tau yang bakalan baca keseluruhan
juga gak ada //slapped. Jadi saya udahan aja~
Segitu saja, ciao...
0 komentar:
Posting Komentar