WHAT'S NEW?
Loading...

Song : Why by Secondhand Serenade

Source : Pinterest

Secondhand Serenade terbilang belum lama saya kenali lagunya. Tepatnya saya mengetahui lagu-lagu bahkan Secondhand Serenade itu sendiri sekitar Agustus 2012. Well, awalnya saya pikir Secondhand Serenade hanyalah nama panggung John Vesely. Saya baru tau belakangan bahwa Secondhand Serenade adalah sebuah band rock akustik yang beranggotakan John Vesely, Tom Breyfolge, Lucas Vesely, Alex Sier, dan John Harvey.

John Vesely sendiri merupakan leader dari band ini. Selain berposisi sebagai lead guitar dia juga vokalis utamanya. Lagu-lagu Secondhand Serenade sendiripun semuanya ciptaan dia. Jujur saya kagum dengan suara, kemamupannya bermain gitar, juga kemampuannya membuat lagu.

Lagu berjudul Why ini merupakan salah satu track di Album Twist in My Story yang di rilis awal tahun 2008. Semua lagu di album ini favoritnya saya, hhoho.. 

John Vesely

Track List Twist in My Story
__________________

Like a Knife (4:28)
Fall for You (3:05)
Maybe (3:33)
Stranger (4:48)
Your Call (3:51)
Suppose (3:47)
A Twist in My Story (4:10)
Why (4:15)
Stay Close, Dont't Go (3:36)
Pretend (3:30)
Goodbye (5:27)

Semua lagu di album ini karangan John Vesely sendiri. Album ini sukses menduduki tangga lagu Bilboard 200 Chart dengan menduduki posisi 44.

Mungkin lagu ini bakal terdengar sad banget. Tapi sejauh yang saya dengar hampir semua lagunya Secondhand Serenade itu nuansanya sedih. Tapi, ambil sisi positifnya aja, lagu-lagu dari Secondhand Serenade bisa jadi temen ngegalau, ataupun jadi lullaby.

Video Fan Made of Why

Why by Secondhand Serenade

The buttons on my phone are worn thin
I don’t think that I knew the chaos I was getting in
But I’ve broken all my promises to you
I’ve broken all my promises to you

Why do you do this to me ?
Why do you do this so easily ?
You make it hard to smile because you make it hard to breathe
Why do you do this to me ?

A phrasing that’s a single tear
Is harder than I ever feared
And you were left feeling so alone
Because these days aren’t easy
Like they have been once before
The days aren’t easy anymore

Why do you do this to me ?
Why do you do this so easily ?
You make it hard to smile because you make it hard to breathe
Why do you do this to me ?
To me.. , to me.. , to me ..

I should have known this wasn’t real
And fought it off and fought to feel
What matters most ?
Everything that you feel while listening to every word that I sing
I promise you, I will bring you to home
I will bring you to home ..

Why do you do this to me ?
Why do you do this so easily ?
You make it hard to smile because, you make it hard to breathe
Why do you do this to me?
Why do you do this to me ?
Why do you do this so easily ?
You make it hard to smile because, you make it hard to breathe
Why do you do this to me.



Book Review: The Thief (Pencuri dari Eddis)

Review Buku Penivia : The Thief

Judul Buku : The Thief (Pencuri dari Eddis)
ISBN : 978-97922-7154-6
Penerbit : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Penulis : Megan Whalen Turner (http://home.att.net/~mwturner)
Cetakan ke : Pertama (Juni, 2011)
Tebal : 360halaman + cover (15 halaman catatan penulis)

_________________________________________________________________________________

Blurb

“Aku bisa mencuri apa saja.”

Terlalu banyak membual membuat Gen berakhir di penjara sang Raja, kemungkinannya berhasil kabur sangat kecil. Ketika penasihat Raja, sang Magus, memerlukan bantuan Gen untuk menyelesaikan misi rahasia yang sepertinya mustahil dilakukan, Gen terjerumus dalam petualangan yang tak terduga.

Dia harus mencuri harta terpendam dari kerajaan lain.

Bagi sang Magus, Gen hanya sekedar alat. Tapi Gen adalah penipu ulung dan si cerdik yang punya rencana tersendiri.

“Melewatkan kisah pencuri ini adalah kejahatan.”—BCCB

The Thief telah meraih penghargaan:
Newbery Honor Book
ALA Notable Book
ALA Best Book for Young Adults
________________________________________________________________

WASPADA----AREA PENUH SPOILER---

Sebenarnya meski sudah cukup lama mencari buku Megan W. Turner, saya baru berhasil menemukan 3 buku dari seri The Thief di akhir tahun 2015. Jika ditanya apakah saya sudah membaca Instead of Three Wishes atau tidak, jujur saja saya belum pernah membacanya, dan The Thief adalah buku pertama Megan W. Turner yang saya baca.

Saya pertama kali mengetahui Megan W. Turner adalah seorang penulis ketika saya menemukan namanya pada catatan penulis sebuah buku yang pernah saya baca (tapi sayangnya saya tidak ingat itu buku apa, yang jelas saya meminjam buku itu dari seorang kerabat). Sejak itu saya penasaran dan mencari tau tentang Megan W. Turner dan buku-bukunya melalui browser.

Kemudian, sekitar tahun 2014 hingga pertengahan 2015, seorang kerabat memperlihatkan buku Megan W. Turner miliknya dan bercerita tentang poin menarik dari buku tersebut. Saya pun, lantas memulai pencarian buku ini dari toko online dan offline yang saya pikir masih memiliki seri ini.Beruntungnya ketika melakukan pencarian buku kedua dan ketiga dari trilogi Inkheart, saya menemukan 3 buku pertama dari seri The Thief ini di kota yang sama.

Saya punya ekspektasi yang besar terhadap buku ini. Kebahagian saya terbayarkan dengan desain cover yang sangat bagus (saya suka pilihan warna dasarnya, Hijau dan juga warnanya secara keseluruhan, termasuk ukiran gambarnya, saya suka semuanya!). Beberapa bagian kertas yang mulai menguning (karena buku ini tertimbun sudah lama)-pun menarik perhatian saya (secara positif). Lembarannya jadi sedikit berwarna dan memberi kesan klasik, hhehe..

Setelah membaca dua lembar halaman pertama, saya langsung jatuh hati pada tokoh Gen, dan saya mulai membayangkan Johnny Deep memerankan karakter Gen. Menurut saya pribadi ada beberapa poin yang membuat karakter Gen dan Kapten Jack Sparrow terlihat mirip, meski Gen jauh lebih cerdas dan memiliki perasaan dibandingkan Kapten Jack Sparrow. Well, hanya pendapat pribadi, dan ya, saya berharap naskahnya dapat difilmkan. Saya tidak akan menaruh ekspektasi berlebihan, setelah membaca bukunya saya merasa kisahnya sangat menarik jika diangkat menjadi film. Pemikiran ini juga didasari pada keinginan lebih banyak orang yang akan membaca buku ini.

Meski buku ini tetap menjadi salah satu favorit saya, saya cukup kecewa dengan terjemahannya yang saya nilai membingungkan. Beberapa kalimat terlihat aneh dan tidak berkaitan. Hal ini juga diperburuk karena adanya kesalahan penulisan pada bagian-bagian akhir. Tentu saja, hal ini sedikit merusak emosi dan juga mood saya untuk membaca, terlebih karena saya harus berhenti sejenak dan memahami maksud sebenarnya dari terjemahan ini. Namun meski demikian, saya tetap menghargai penuh semua usaha dari pihak penerbit, penerjemah dan juga editor, karena saya meyakini ada beberapa pertimbangan yang telah dilakukan dalam proses penyusunannya.

Terlepas dari semua itu, buku ini sangat mengejutkan. Saya terjebak twist plot yang mengingatkan saya dengan Anime Movie : HAL. Apa yang saya percayai dari awal ternyata salah. Ah, kecuali satu hal. Ketika Hadiah Hamiathes hilang dari leher sang Magus seusai bertarung dengan pasukan Attolia di sungai, saya sudah menduga pelakunya adalah Gen, si pencuri. Tapi hanya itu saja yang saya sadari. Hhuhu..

Sedikit trivia, buku ini memperoleh penghargaan Newbery Honor, yang merupakan salah satu penghargaan literasi tinggi di tingkat internasional yang diberikan oleh Associaton of Library Service to Children. Hmm, meski saya merasa buku ini sangat pantas mendapatkan penghargaan yang tinggi, karena intrik yang disajikan sangat kompleks, meliputi romansa, politik, keyakinan, dan lainnya, saya agak terkejut bahwa penghargaan yang diterima berada pada kategori literasi anak. Saya merasa, anak-anak (dalam kategori ini, usia 15 tahun ke bawah), akan sulit tertarik dengan kisah seperti ini. Saya merasa semakin kagum, membayangkan fakta bahwa anak-anak di luar sana, sudah mulai membaca kisah yang kompleks seperti ini.

Next, sudah pasti saya akan membaca Queen of Attolia.

dan, oh ya. Sejujurnya saya mengira The Thief ini hanya trilogi, karena ketika mencari tentang buku ini saya hanya menemukan tiga judul saja. Ternyata ketika saya update bacaan di goodreads, setelah King of Attolia masih ada buku keempat dan buku kelima (Apa judulnya ? Silahkan di cari.. Hhoho).

(Jika ada yang tau apakah buku keempat dan kelima itu akan diterbitkan atau sudah diterbitkan di Indonesia, tolong bagi tau saya ya. Atau ada info beli bukunya yang ori pun tak apa.)

Review Buku Kedua : The Queen of Attolia

Source : Goodreads

Terakhir, saya sangat menyukai catatan penulis yang dibuat oleh Megan W. Turner. Walaupun saya ingin menampilkannya, saya tidak sanggup karena terlalu panjang. Secara keseluruhan ada tiga bagian dari catatan penulis ini.

Pertama, tentang Dunia Nyata di Balik Dunia Gen. Benar saja dugaan saya, Megan W. Turner banyak terinspirasi dari Yunani kuno. Namun memang cerita ini tidak digambarkan pada kondisi ketika peradaban Yunani berlangsung, karena pada cerita ini telah ada pistol. Selain itu dewa-dewi pada kisah ini meski beberapa karakter terinspirasi dari Dewa-Dewi Yunani, namun Megan W. Turner menulis karakter Dewa dan Dewi tersendiri (saya tertipu dengan berpikir bahwa dewa-dewi ini nyata).

Kedua, Megan W. Turner membahas tentang buku-buku bagus, buku lama dan buku baru. Saya paling suka paragraf ini:

Aku mengenal seorang perempuan yang tinggal di California. Setiap kali dia meninggalkan rumah, ke mana pun dia pergi, dia pasti membawa buku. Dia membayangkan kesempatan terperangkap gempa bumi cukup besar. Dia tidak terlalu takut mati, tapi dia pikir, dimana pun dia berada, mungkin saja dia akan terperangkap berjam-jam, dan dia ingin membawa buku untuk dibaca, sehingga waktunya tidak terbuang percuma. Aku bukan pembaca yang berdedikasi seperti itu, tapi aku banyak membaca, dan membaca berbagai jenis buku.

Dulu saya seperti seorang perempuan kenalan Megan W. Turner, tapi semua berubah sejak saya sering kali mendengar kata : “Rajin banget deh..”, “Emang sempat baca?”, “Bukannya baca buku pelajaran!”, “Tasnya berat terus tuh, kurangi isinya..”, dll.

Sekarang mah saya cuma seperti Megan W. Turner, tapi versi pemula. Maksa.

Buku yang saya baca jelas tak bisa dibandingkan dengan apa yang beliau baca. Tetapi saya bisa bilang ada cukup banyak kemiripan antara saya dan beliau. Sama-sama mengaggumi C.S Lewis dan Diana Wynne Jones, juga menyukai Studio Ghibli.

Ketiga, menceritakan penulis yang mempengaruhi gaya berceritanya.

Berikut saya akan munculkan sedikit spoiler dari kalimat-kalimat menarik yang saya temukan dibuku in sebagai penutup.

Setelah lama, Sophos berbisik, “Gen? Kau masih terjaga?”
“Ya.”
“Sang Magus mengataka pendarahanmu telah berhenti dan kau mungkin akan baik-baik saja. Selama kau tidak demam.”
“Senang mengetahui hal itu.” Dengan begitu mereka bisa memenggal kepalaku.
-227
(Ketika Sophos hanya berdua dengan Gen yang terbaring karena luka di dalam penjara Attolia.)

...“Aku memiliki kekasih,” kataku dengan pengakuan penuh. “Yang Mulia, aku telah berjanji untuk kembali kepadanya.”
...
“Kau berjanji pada sesorang?” kata sang ratu, tidak percaya.
“Benar, Yang Mulia,” jawabku tegas.
“Dan kau tidak akan melanggar janjimu?” dia menggeleng sedih.
“Aku tidak bisa, Yang Mulia.”
“Pastinya aku perempuan yang lebih baik untuk dilayani, bukan?”
“Kau lebih cantik, Yang Mulia.” Sang ratu tersenyum lagi sebelum aku selesai. “Tetapi dia lebih baik.”
-283
(Ketika Ratu Attolia menawarkan Gen menjadi pencuri untukknya)

Segitu saja, ciao...

Song : I Love You by Avril Lavigne

Cover Album Goodbye Lullaby
Lagu berjudul I Love You ini merupakan track ke-7 dari album Goodbye Lullaby yang dirilis pada Maret 2011, sekitar 4 tahun dari album sebelumnya (The Best Damn Thing,2007). Sebelumnya, album ini dijadwalkan akan rilis diakhir tahun 2009, namun ditunda karena beberapa faktor. Selain I Love You, album ini juga memiliki hits lain seperti Black Star, Smile, Everybody Hurts, What the Hell, dan Wish You Were Here.

Setelah rilis album ini mendapat banyak ulasan dari kritikus musik, dan dinilai sebagai album Avril yang paling introspektif dan personal. Tema album ini sendiri, heartbreak dan banyak dipengaruhi oleh hubungannya dengan mantan suaminya, Deryck Whibley (SUM 41). Avril sendiri menjelaskan bahwa album ini menceritakan bagaimana kita menghadapi pengalaman yang sulit, apakah itu sebuah hubungan yang berakhir, kehilangan pekerjaan, ataupun kehilangan seseorang. Meski begitu ketika penundaan rilis albumnya, Avril juga mengatakan bahwa ia juga membuat lagu menyenangkan tentang pasangan ceria. Nah, berdasarkan penuturan Avril tersebut, saya pribadi mengartikan lagu itu sebagai I Love You, meski saya pikir Smile juga memenuhi kriteria penjelasan Avril.

"The piano is more of an emotional instrument. It stirs up different emotions for me and moves me in a different way than the guitar can." Swanner, Rebecca (8 June 2010). "Avril". Inked. Pinchazo Publishing Group (June/July 2010): 40–45.

Secara keseluruhan, hampir semua lagu dalam album ini diproduseri oleh Deryck. Kecuali What the Hell, Smile, I Love You dan Wish You Were Here.

Well, terlepas dari beberapa kritik atas album ini, Goodbye Lullaby meraih penghargaan di MTV Fan Music Award, Gold Disc Award Hong Kong dan Japan Gold Disc Award.

Lagu ini menurut saya merupakan salah satu lagu favorit saya ketika membutuhkan ide untuk memaparkan paragraf tentang cinta tanpa alasan dalam sebuah cerita. Meski karakter personal saya dan Avril berbeda tapi rasanya ada kedekatan emosi gitu (ROTFL). Jadi karena itu saya memilih post tentang lagu ini dari semua track yang ada di albumnya, walaupun saya lebih suka Wish You Were Here.

Nah, langsung saja di simak~



I Love You by Avril Lavigne

I like your smile , I like your vibe ..
I like your style , but that’s not why I love you..
And I, I like the way you’re such a star
But that’s not why I love you..

Hey , do you fell , do you feel me ? Do you feel what I feel to ?
Do you need , do you need me ? Do you need me ?

You’re so beautiful ,but that’s not why I love you
I’m not sure you know , that the reason I love you
Is you ., being you , just you
Yeah, the reason I love you is all that we’ve been through
And that’s not why I love you...

I like the way you misbehave, when we get wasted
But that’s not why I love you
And how you keep your cool when I complicated
But that’s not why I love you

Hey , do you fell , do you feel me ? Do you feel what I feel to ?
Do you need , do you need me ? Do you need me ?

You’re so beautiful ,but that’s not why I love you
I’m not sure you know , that the reason I love you
Is you ., being you , just you
Yeah, the reason I love you is all that we’ve been through
And that’s not why I love you...

Even though we didn’t make it through, I’m always here for you .. for you ..
You’re so beautiful ,but that’s not why I love you
I’m not sure you know , that the reason I love you
Is you ., being you , just you
Yeah, the reason I love you is all that we’ve been through
And that’s why I love you...
That’s why I love you ...

that’s why I love you ...

CINTA

Source : Instagram Kartun Muslimah by Maulita_Hida
Sedekat apapun dulu, jika sudah menginjak baligh dan dewasa pertemanan itu haruslah dibatasi. Meskipun tidak mudah tapi hukumnya wajib untuk menjauhkan diri dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.
.
Berteman dengan lawan jenis boleh, asal mengikuti adab syar'inya

-April, 2016-

____________________________________________________

Tulisan pada post kali ini merupakan tulisan yang pernah di upload pada fanspage Kartun Muslimah (Facebook) tahun 2016 yang lalu.

Sekedar share, untuk mengisi waktu luang.. hhehe..

_______________________________________________________________

Kartun Muslimah / ukhtihanma

Cinta adalah perasaan yang dimiliki oleh setiap insan di dunia...
Cinta itu perasaan yang sangat indah, yang mampu membuat seseorang terlena akannya...
Cinta bukan hanya sekedar perasaan suka dan pengorbanan, namun lebih dari itu..
Cinta tidak akan mampu terlukiskan oleh kata-kata. Aku memiliki cara tersendiri dalam mengapresiasikan perasaan cintaku padamu, yakni melalui doa yang selalu aku panjatkan setiap sujudku.
Ku tau kamu tidak akan menyadari perasaan ini, tapi ku percaya melalui doa ini Tuhan akan selalu menjagamu..
Aku ikhlas, tulus mencintaimu, hingga kau datang menjemputku, namun bila engkau memang bukan takdirku, biarkan tetap ku simpan rasa ini.
Hanya Tuhan yang tau seberapa besar cintaku padamu.

________________


Mungkin, banyak dari pembaca yang sudah pernah membaca tulisan ini di media sosial lainnya, karena tulisan ini sendiri sudah sering di re-post berkali-kali di beberapa media online seperti Facebook, Instagram dan juga Blog.

Selain ikut-ikutan re-post, melalui tulisan ini saya juga ingin mengenalkan pembaca dengan ilustratornya dari gambar-gambar di atas. (Bisa di klik langsung pada nama / akun yang tercantum di bawah foto).

Sedangkan tujuan terakhir saya dari post ini adalah menjalin komunikasi dengan pembaca di blog ini (Read : temen-temen yang follow saya di Google+ dan/atau Blog ini). Ya, meskipun kata-kata bukanlah bentuk komunikasi yang sempurna, setidaknya kita tetap saling berkomunikasi, dan blog ini gak nganggur. hhehe..



Book Review: Tintentod (Inkdeath)

Review Buku Penivia

______________________________________________________________

Judul Buku : Tintentod (Inkdeath)
ISBN : 978-97922-8968-8

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Penulis : Cornelia Funke
Cetakan ke : Kedua ( Mei, 2013)
Tebal : 728halaman + cover


______________________________________________________________

Blurb

Di Inkworld, kehidupan ternyata jauh dari mudah setelah berbagai peristiwa luar biasa Inkspell, ketika Meggie, Mo, dan Staubfinger kembali memasuki dunia di dalam buku.

Dengan tewasnya Staubfinger dan berkuasanya Pangeran Perak yang kejam, kisah yang memerangkap mereka pun berubah ke arah yang tidak di inginkan.

Bersama kedatangan musim dingin, harapan kembali timbul, tapi hanya kalau Meggie dan Mo dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan masa lalu dan membuat kesepakatan berbahaya dengan kematian....
                  ______________________________________________________________

WASPADA----AREA PENUH SPOILER---


Akhirnya, bisa upload review buku ini.. setelah menghabiskan waktu yang terlalu lama untuk menyelesaikan proses membacanya. Tidak seperti dua buku sebelumnya, review buku kali ini saya upload ketika saya sedang merasa sangat hampa, lebih tepatnya karena efek setelah membaca buku ini sendiri.

Okay, langsung saja saya mulai review ala-ala kali ini.

Seperti judul bukunya, seri terakhir dari trilogi Inkspell ini sarat akan kematian. Yah, itu bahkan dapat dirasakan saat mengamati setiap untaian huruf dan gambar pada cover depan dari buku ini. Tapi mungkin itu hanyalah efek samping psikologis ketika saya memandangi warna biru kehitaman yang tampak penuh kesedihan dan juga kegelapan. Atau itu hanyalah halusinasi ketika saya bingung mendapati buku ini berubah warna menjadi hijau seperti danau musim dingin yang ditumbuhi alga ketika saya membacanya dibawah temaram lampu tidur.

Review Buku PertamaTintenherz (Inkheart)

Meski begitu, saya tidak terlalu terpukau dengan blurb pada cover belakangnya. Sensasinya berbeda, tidak semendebarkan ketika saya membaca blurb dari dua buku sebelumnya. Mendapati tokoh favoritmu mati diakhir sebuah bab (read: Staubfinger) seringkali akan membuatmu tidak bersemangat untuk melanjutkan membaca bab selanjutnya bukan ? Yup, sudah dipastikan itu adalah salah satu alasan jantung saya tidak berdegup dengan sensasi yang sulit didefinisikan ketika mulai membaca buku ini.

Hal yang perlu saya pertegas adalah, buku ini meningkatkan ketidak-sukaan saya terhadap Elinor, Farid dan Cornelia Funke sendiri. Well, akan saya jelaskan cukup singkat.

Pertama kita mulai dari Elinor. Kecerewetan, ketidaksabaran, ke-sok-tahuan, dan ke-ikut-campuran Elinor sepanjang cerita ini sangat membuat jengkel. Saya seringkali memikirkan ide gila untuk mengomeli Elinor tentang kesalahan yang ia buat di masa lampau karena sikap-sikapnya itu. Tapi, terus terang saja, itu semua hanya ide gila. Siapa yang sanggup menghadapi Elinor Loredan yang selalu memiliki kata-kata untuk diucapkan, bahkan ketika ia disudutkan pada kematian.

Selanjutnya adalah Farid. Tokoh yang membuat saya jatuh cinta pada jumpa pertama. Saya masih bisa mengingat bagaimana paragraf itu memuat rangkaian kata yang dipilih Cornelia Funke untuk menggambarkan Farid. Cinta semacam ini seringkali menimbulkan efek ‘kau sangat menginginkan dia menjadi saaangat sempurna seperti yang kau impikan’, dan ya.. saya terjangkit virus cinta semacam itu. Sejak paragraf pengenalan pertama, saya sudah membayangkan akan seperti apa Farid yang saya impikan dari kisah ini. Tetapi, pada perkembangan cerita Farid menjadi sangat bergantung pada Staubfinger. Staubfinger selalu menjadi kepentingan nomor satu. Well, lebih seperti obsesi jika saya harus blak-blakan.

Pada awalnya mungkin dapat dimaklumi bagaimana seorang anak yang tumbuh dikegelapan tanpa kehangatan menemukan sebuah cahaya. Hanya saja saya tidak bisa menoleransi pikiran pendek Farid yang ia tahu pasti menyakiti hati gadis yang ia cintai, Meggie. Memang saya cukup kesal dengan sikap Meggie yang saya nilai memiliki kecemburuan tak-masuk-akal pada ibunya sendiri. Tapi, ketika Farid memutuskan pilihan yang menyakiti Meggie, dan kemudian menjauhi Meggie dan berharap gadis itu dapat mengerti, saya merasa sangat kesal. Perasaan Farid terhadap Staubfinger sudah seperti obsesi negatif yang penuh keegoisan, yang hanya menyakiti tidak hanya, Meggie, namun juga Staubfinger dan dirinya sendiri. Walaupun Meggie juga cukup egois, tapi ia sangat sering memikirkan Farid, meski pemuda itu tidak selalu memikirkan dirinya, apalagi perasaannya.

Oh, maafkan omelan saya yang berlebihan...

Jadi, terakhir.. ke-tidak-sukaan saya terhadap Cornelia Funke timbul karena alur yang ia tentukan tidak sesuai harapan saya. Alasan yang kekanakan memang. Tapi sejak ia memunculkan karakter Doria, saya punya firasat buruk tentang hal itu. Apalagi dia datang di waktu yang ‘sangat tepat’. Tepat ketika hatinya Meggie hancur oleh Farid. Awalnya saya drop membaca buku ini beberapa hari karena alasan itu. Tetapi saya kemudian berhenti membaca buku ini, pun buku lainnya ketika diberi spoiler yang berakhir dengan kemungkinan terburuk yang sudah saya bayangkan.

Butuh waktu lebih dari setengah tahun bagi saya untuk kembali membaca buku ini (Oke, ini memang penjelasan yang terkesan berlebihan, meski begitu adanya. Kalian tau, luka yang disebabkan spoiler dan ending yang kau benci sangat sulit dihapuskan). Setelahnya saya hanya sanggup membaca sekitar 80 halaman setiap harinya . Terlebih jika sudah menemukan Meggie semakin sering memikirkan Doria. Memangnya satu hati benar-benar bisa mencintai dua pria sekaligus ?

Sedikit banyak saya sangat yakin, Fenoglio memiliki andil dalam keputusan Meggie. Maksud saya, Cornelia Funke benar-benar mewujudkan, sebagian, atau keseluruhan pemikirannya dalam sosok Fenoglio. Bagaimana bisa penenun tinta mengambil inisiatif sebagai dewi asmara? Sengaja atau tidak, dia selalu memisahkan Farid dan Meggie, padahal masih ada kemungkinan Farid dan Meggie berbaikan lagi. Ya, lagipula Meggie tidak selalu semarah itu, apalagi ia juga tau, sebagian kisah-kisah itu terjadi juga karena keputusan ayahnya. Farid juga pada akhirnya berusaha memperbaiki hubungan yang renggang itu, meskipun ia menyadarinya cukup terlambat. Tetapi Fenoglio malah membuat Meggie semakin larut memikirkan Doria. Arghh.

(Astaga, saya lebih banyak mengomel diakhir trilogi ini)

Review Buku KeduaTintenblut (Inkspell)

Selain ending tentang itu, saya juga tidak menyukai akhir yang membuat saya bertanya-tanya tentang petualangan Orpheus yang memiliki hati sangat rendah itu, juga Thumbling yang tidak berbeda jauh (buruknya) dengan Orpheus, juga impian adik lelaki Meggie untuk mengunjungi dunia asal Ayah, Ibu, dan kakaknya.

(Jika ada yang tau bahwa Cornelia Funke menuliskan sebuah kisah lain tentang orang-orang itu, atau petunjuk lainnya harap kabari saya... Saya benar-benar ingin tahu bagaimana akhir dari harapan dan rencana mereka.)

Well, berarti lengkap sudah review trilogi ini oleh saya.. hhohoo..

Next, buku apalagi ya... hmmm..

Koleksi Inkheart Series dan To Be Read

Berikut saya akan munculkan spoiler dari kalimat-kalimat menarik yang saya temukan dibuku ini sebagai penutup, (meskipun tidak sebanyak spoiler sebelumnya)~

Betapa cepatnya telinga belajar membedakan arti suara, jauh lebih cepat dari pada mata mengartikan kata-kata tertulis
-23
(Ketika Mo memahami kondisi sekitar melalui suara suara derap kuda dengan detail.)


Ia berada dekat di samping Meggie, begitu dekat, tapi sekaligus sangat jauh.
-81
(Meggie ketika bertemu Farid lagi)

Rahasia... tidak ada yang merusak cinta lebih cepat daripada rahasia.
-163
(Resa, ketika berbicara dengan Meggie)

Jatuh cinta. Wajah Meggie membara. Ia tidak ingin Mo mengucapkan apa yang tidak ingin diucapkannya dengan kata-kata : Jatuh Cinta—kedengarannya seperti sakit yang tidak bisa diobati, dan bukankah terkadang rasanya memang seperti itu?
-170
(Meggie, ketika Mo mengatakan alasan Meggie tidak ingin kembali ke dunia mereka sebelumnya)

Apakah ia akan tetap sendiri –seperti Elinor—dan hanya membaca tentang jatuh cinta dalam buku-buku?
-171
(Kecemasan Meggie jika harus berpisah dari Farid)

Aku ingin tinggal bersama Farid, Resa. Aku tidak ingin mencari orang lain
-172
(Ketetapan hati Meggie)

Duka tidak langsung mematahkan semangat wanita. Tapi duka mengikis habis kekuatan mereka, membuat mereka merasa hampa, secara perlahan-lahan.
-188
(Fenoglio ketika bertemu Resa, ia menyamakan (?) kondisi Resa dan Minerva)

Kasihan Meggie. Jatuh cinta kepada pemuda yang salah. Tapi sejak kapan cinta mau repot-repot memikirkan hal itu ?
-221
(Ketika Meggie memikirkan Farid yang lebih memikirkan Staubfinger(?))

Pemuda yang salah. Tapi apakah hati peduli pada hal itu?
-224
(Kekecewaan Meggie terhadap Farid)

Mencintai seseorang hanya berarti kesedihan. Tidak lain dari kesedihan.
-304
(Ketika Meggie berusaha tidak marah terhadap Mo, seperti kemarahannya terhadap Farid dan Resa)