WHAT'S NEW?
Loading...

Sajak Pengantar Malam

Celoteh si Ababil
_____________________________

Sekeras kepala apa aku ?
Saat sakit aku mengabaikan peringatan 'obat keras' dan langsung menelannya seketika.
_____________________________

Seringkali aku dinasehati untuk membaca terlebih dahulu, mengingat karakterku yang ceroboh dan tergesa-gesa.
Sekali waktu, pernah aku mengabaikan tulisan disebuah bungkus plastik karet penghapus.

"Tidak untuk dimakan"

Namun memang dasar akunya dosan makan, jadi iseng-iseng 'kucicip' potongan semangka yang sejatinya karet penghapus itu. Alhasil aku terbatuk-batuk tak karuan karena rasanya yang tak se-enak aromanya.

uhm, sebenarnya ada alasan mengapa aku mengabaikan nasihat itu.

Ketika kecil aku pernah membaca dahulu petunjuk menggunakan setrika, namun tetap saja aku malah terkena sial.
(Aku ingat betul, itu masa-masa sulit ketika aku harus belajar lebih intens cara membaca huruf 'F', 'L', 'R', 'S', 'V', dan 'Z' dibandingkan anak-anak lainnya, karena sampai saat itu aku masih belum bisa membedakan antara kiri dan kanan. Bisa kalian bayangkan betapa sulitnya membaca petunjuk dalam kondisi seperti itu).

Hari itu diam-diam aku masuk ke kamar orangtuaku, tempat persembunyian setrika yang ingin ku kenal lebih jauh. Aku menghubungkan setrika itu dengan listrik, mengikuti tahap demi tahap petunjuk penggunaannya. Petunjuk terakhir yang ku baca menyebutkan bahwa setrika akan menjadi panas, tapi tak ada petunjuk lanjutan yang menyebutkan bagaimana cara aku mengetahui bahwa setrika itau sudah panas atau tidak. Beruntung ketika aku lebih teliti memperhatikan kotak kemasan setrika itu, ada gambar sesosok tangan yang sedang memegang lapisan plat besi setrika. Saat itulah aku sadar, aku perlu untuk merasakan panas itu secara langsung. Akhirnya aku mengusap plat besi itu dengan tangan terbuka.
Teriakan kagetku segera saja menimbulkan kegaduhan karena ibu menjadi sangat panik.

____________________________

Hal yang lebih menyebalkan dari ketidaktahuan yaitu pura-pura tidak tahu.

Argh, sebenarnya ada apa dengan otakku yang pura-pura tak tahu cara menulis.

yew

The Fault in Our Stars


...Aku tidak tahu mengapa cowok mengharapkan cewek untuk menyukai film cowok. Kami tidak mengharapkan mereka untuk menyukai film cewek...(Hazel Grace Lancaster)
_________________________________________________________________________________

"Boleh menemuimu lagi ?" tanyanya. Ada kegugupan yang memikat dalam suaranya.

Aku tersenyum. "Tentu saja."

"Besok ?" tanyanya.

"Sabar, Belalang," kataku menasihati. "Kau tidak ingin kelihatan terlalu bersemangat."

"Benar, itulah sebabnya kubilang besok," katanya. "Aku ingin menemuimu lagi malam ini. Tapi, aku bersedia menunggu semalaman dan hampir sepanjang esok."

Aku memutar bola mata.
"Aku serius," katanya.
"Kau bahkan tidak mengenalku," kataku. Aku meraih buku dari dasbor di tengah. "Bagaimana jika aku meneleponmu ketika sudah selesai membaca ini ?"
"Tapi, kau bahkan tidak punya nomor teleponku," katanya.
"Aku sangat curiga kau menuliskannya di dalam buku ini."
Augustus tersenyum konyol. "Dan, kau bilang kita tidak saling mengenal."

_______________________________________________________________

well, ini gak seperti buku tentang pengidap kanker kanker yang biasa ayas baca, yang isinya tentang kesulitan sebagai penderita kanker, cerita sedih dan senangnya, ataupun cerita perjuangannya. Menurut pendapat ayas, novel ini lebih menunjukkan sisi romansa yang unik antar pengidap kanker, ditambah pikiran-pikiran logis yang spontan, bukan kata-kata penuh kegombalan dan basa-basi.

Love It~

lebih asikan baca bukunya lho ketimbang filmnya :3
heeehee..