WHAT'S NEW?
Loading...

Sang Penyair


Bila cinta tidak hanya diukur dan dilihat dari segi fisik, dai segi materi, maka betapa banyak korban-korban cinta.
Betapa bumi akan dipenuhi dengan air mata kesedihan dan penyesalan. Betapa banyak pena yang diperlukan untuk menulis ratapan sedih maupun kutukan. Dan betapa banyak jiwa-jiwa yang merana.

Benarkah rasa cinta yang tak terkatakan jauh lebih berharga dari cinta yang terurai dengan kata-kata? Benarkah kata-kata cinta seperti racun, atau matera yang menina bobokan kaum pecinta? Benarkah cinta selalu membutuhkan pengorbanan?

(Mustafa Lutfi AL-Manfaluthi - Sang Penyair)

___________________________________________

Novelnya pertama kali ayas baca kelas 1 SMA,
Bermalam mengabaikan tugas dan rasa lapar, tersihir akan kata demi kata yang mengalir.
Berdiam di keremangan malam, dengan tekun mencoba mencari makna cinta,
dia Sreno de Bojork tokoh utama dari buku ini, seorang bangsawan yang tak bergelimangan tahta dan permata, ataupun wajah rupawan dan mempesona, dia Sreno yang membuatku jatuh cinta.
____________________________________________________________________

"Aku akan bahagia karena aku adalah Sang Penyair. Seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya. Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya, menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya. Ia berperan sebagai orang gila, padahal dia orang yang cerdas. Berperan sebagai pemberani, padahal ia pengecut. Berperan bahagia, padahal ia menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta di hati untuk kebahagian orang lain. Dia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu, merasakan jiwa dan ruhku dati tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dari gelasmu, menyanyikan irama laguku, tetapi dari kenyaringan suaramu."

(Sreno pada Christian)