Review Buku The Hollow Needle |
Judul
Buku : The Hollow
Needle
ISBN :
978-602—220-039-0
Penerbit : Bukune
Penerbit : Bukune
Penulis
: Maurice Leblanc
Cetakan
ke : Pertama (Maret, 2012)
Tebal : 298halaman + cover
________________________________________________________________________________
Blurb
Hidup memang tidak pernah membosankan untuk Arsene Lupin.
Setelah usai dengan kesedihan akibat kematian kekasih tercintanya, Sonia
Kirchnofff, sang Monsieur Pencuri kembali beraksi. Kali ini ia mengincar harta
karun peninggalan Raja Pranciss, harta karun itu berisi mas kawin Ratu Prancis,
Mutiara, Rubi, Safir, dan berlian yang tidak ternilai harganya. Tapi, Lupin
tidak akan mendapatkannya dengan mudah. Ia harus berhadapan bukan hanya satu
tetapi dua lawan tangguh, Holmlock Shears dan murid sekolah yang genius,
Isidore Beautrelet.
WASPADA----AREA PENUH SPOILER---
Sejujurnya, ini buku novel tentang Arsene Lupin
pertama yang saya baca. Biasanya saya tidak akan membaca sebuah buku jika
ternyata buku tersebut ada seri lain sebelumnya. Tapi setelah melihat bahwa
kasus sebelumnya tidak berkaitan dengan kasus yang ada pada novel ini, maka
saya mulai membacanya.
Buku berjudul lengkap The Hollow Needle : Further Adventures of Arsene Lupin ini terbit pertama kali tahun 1909. Buku ini ditulis oleh Maurice Leblanc (11 November 1864 - 6 Novmber 1941), beliau disebut-sebut sebagai Mitra Prancis untuk Sir Arthur Conan Doyle pengarang Sherlock Holmes. Meski saya merasa ini adalah buku pertama Maurice Leblanc yang saya baca, tapi saya cukup familiar dengan Dorothée, danseuse de corde, saya rasa buku itu pernah saya temukan di salah satu koleksi buku milik paman saya.
Ah, ya. Buku ini covernya sudah dipenuhi jamur, tapi
sekarang saya sudah mendapat solusi untuk mengatasinya. Hhoho..
Well, setelah membaca beberapa halaman saya mulai mengenali
gaya penulisan ini, tapi saya tidak yakin apa saya pernah membaca buku Maurice
Leblanc yang lain sebelumnya. Mungkin saja ini karena saya pernah membaca
terjemahan seperti ini sebelumnya. Sulit untuk menjelaskannya, bahasa
terjemahannya pun cukup rumit, mungkin ini memang disengaja untuk
mempertahankan gaya kepenulisan Maurice Leblanc. Atau, ini merupakan gaya
penulisan terjemahan. Saya tidak yakin karena kurangnya pengetahuan saya
tentang hal ini.
Tapi, bukan berarti buku ini tidak menarik. Meski sedikit
berbeda, saya ingat bahwa saya pernah membaca terjemahan lain berjudul Sang
Penyair karya Mustafa yang jauh lebih rumit, karena mayoritas semua kalimat di
dalamnya adalah rangkaian syair penuh majas. Sesekali waktu membaca bacaan dengan
gaya penulisan yang unik itu perlu. Saya pikir dengan cara ini akan membuat
saya tidak begitu dipengaruhi oleh satu gaya kepenulisan hingga akhirnya
kehilangan style saya sendiri.
Nah, karena saya gak paham gimana mau menjelaskannya jadi
saya mau langsung bahas tentang isi
ceritanya aja ya..
Di awal cerita kemunculan Mademoiselle Raymonde
de Saint-Veran membuat saya berpikir bahwa dia akan menjadi salah satu
karakter utama dari kisah ini. Tapi kemudian kehadirannya perlahan menghilang,
meski perannya tetap ada. Arsene Lupim sendiri yang merupakan tokoh utama,
kehadirannya baru diperlihatkan saat hampir pertengahan cerita. Dan yang
memiliki peran paling menonjol adalah Isidore Beautrelet, seorang murid
tingkat enam di Lycee Janson-de-Sailly.
Tentu saja karena hal itu saya jadi lebih banyak
memberikan perhatian pada karakter Isidore. Meski begitu, tetap saja saya harus
mengakui bahwa Lupin masih lebih cerdas dibandingkan dengan Isidore.
Saya menyukai ketegangan yang ada disepanjang cerita, dan
saya juga menikmati bagaimana Maurice Leblanc menuntun saya pada
keputusan-keputusan yang dia ingin saya pikirkan.
Hanya saja saya tidak familiar dengan karakter Genimard
dan Holmlock Shears, yang biasanya menjadi musuk Lupin ini. Ya,
begitulah efeknya jika belum membaca seri sebelumnya..
Well, gak banyak sih yang bisa saya bicarain tentang buku
ini. Karena meskipun ada ketegangan, saya beberapa kali terhenti karena harus
berpikir. Perasaan yang hampir sama seperti ketika saya membaca buku Agatha
Christie dan Sir Arthur Conan Doyle. Ya, tapi beberapa
penyebab utamanya sebenarnya adalah terdapatnya pengulangan kata yang mebuat
arti kalimat menjadi rancu, ataupun kesalahan pengetikan yang mengubah arti kata.
Maafkan komentar saya ini, meski sudah lama berhenti
mengatakan bahwa kesalahan penulisan dll cukup mengganggu kekhidmatan membaca,
saya terpaksa mengulanginya lagi. Saya bisa mengerti ada banyak orang yang
kesal dengan komentar tersebut. Seringkali saya akan dipertanyakan kemampuan
menulisnya dan pengetahuan saya tentang dunia kepenulisan termasuk editor dll.
Saya akui kemampuan saya terhadap dua bidang tersebut masih sangat rendah. Tapi
saya hanya ingin memberikan saran (u.u)
Salah satu hal lain yang mengganggu adalah bagaimana kode
Jarum Berongga diterjemahkan dari bentuk menjadi kata-kata, yang menyebabkan
perbedaan makna yang sangat jauh.
Bentuk bangunan datar pada gambar justru diubah menjadi kata dalam novel terjemahan ini. padahal tanda titik, arah segitiga, dan lainnya memiliki arti tersendiri. |
Dan, terlepas dari semua itu saya sangat senang
mengetahui banyak tempat di Paris selain La Seine. Seperti
Ouville-la-Riviere, Ambrumesy, Lycee Janson-de-Sailly, Chateau d l’Aigulle,
Chambre de Demoiselles, Benteng Frefosse, Etretat dll yang sangat menakjubkan,
yuk di lihat~
Rue de la Barre di Diepe Dalam cerita ini, tempat bernomor 18 diceritakan sebagai kediaman Madame Verdier Source : Pinterest |
Lycee Janson-de-Sailly, salah satu sekolah terkemuka dan bersejarah di Prancis. Sampai saat ini sekolahnya masih ada. |
Quillebeuf, salah satu lokasi yang dicurigai Isidore sebagai tempat Lupin menyebrangkan barang curiannya. Source : www.dibato.fr |
Quai de Orfevres, tempat ditemukannya Ganimard dan Holmlock setelah disekap Lupin Source : Pinterest |
Fort Frefooso dan Chambre de Demoiselles (sudut kanan bawah), lokasi penunjuk arah untuk memecahkan misteri jarum berongga (Creuse de l'Aiguille) Source : chantecler18.wordpress.com |
Etretat Aiguille (Jarum Etretat) dan Port d'Aval |
Museum Louvre, tempat yang diinginkan Lupin sebagai lokasi peempatan semua harta karun miliknya. Digambar oleh : Charles Kreutzberger (1829-1909) |
Mengagumkan, bagaimana buku ini tidak sesuai ekspektasi saya, namun membuat saya sangat menyukainya. Padahal saat awal mendapatkan buku ini, saya pikir ini adalah buku bertema horror, mistis. Hhehe..
Kali ini saya tidak punya kutipan yang akan disampaikan,
Hhehe.. maapkan.
Semoga buku ini menginspirasi untuk dibaca, sangat saya sarankan untuk membacanya ditemani minuman dan makan manis, seperti coklat hangat dan cookies.
Semoga buku ini menginspirasi untuk dibaca, sangat saya sarankan untuk membacanya ditemani minuman dan makan manis, seperti coklat hangat dan cookies.
0 komentar:
Posting Komentar