WHAT'S NEW?
Loading...

Book : Surat


Judul Buku : Surat (Elex’s Novelette)
ISBN : 978-602—02-2892-1
Penerbit : PT.  Elex Media Komputindo
Penulis : Kurnia Effendi, Tina K., Ganda Pekasih
Cetakan ke : Pertama (2014)
Tebal : 191halaman + cover
_________________________________________________________________________________

Blurb

Kamu mengenal Amplop?
Dan kertas dengan barisan kata-kata yang berjajar di dalamnya?
Bukan diketik dengan mesin tik atau laptop, melainkan ditulis dengan pena dan tinta.

Elex's Novelette terdiri dari tiga novelete bertema "Surat" yang ditulis oleh Kurnia Effendi, Tina K, dan Ganda Pekasih. Suguhan dari Elex Media untuk penikmat cerita cinta manis dan mengharu biru.

"Karangan Bunga untuk Pesta"
Wikanti, seorang gadis yang datang dari Bandung untuk mencari tahu legenda 'Inga dan Ita' demi tugas kuliahnya. Ke Semarang ia pergi dan bertemu dengan pemuda yang sangat membantunya. Dan di Semarang pula sebuah kejutan tak terduga menunggu di akhir cerita.

"The Cemetery of Lost Love"
Surat wasiat dari dsng ayah membuat Nana dan saudari-saudarinya terkejut. Kisah cinta yang lama tersembunyi rapi akhirnya terbuka dan mengeluarkan kepedihan dari sebuah pengorbanan. Akankah Nana dan adiknya-adiknya mengerti?

"Surat-Surat Cinta Terakhir"
Almaide, gadis yang sakit hati karena seorang pemuda. Romy, pemuda yang menyesali perbuatannya dan ingin menemui gadis yang--baru ia sadari--sangat dicintainya. Namun cinta tidak sesederhana itu, sakit hati yang begitu mendalam membuat segalanya rumit.

 _________________________________________________________________________________

WASPADA----AREA PENUH SPOILER---

Buku ini saya beli pada suatu bazar diakhir tahun 2016. Waktu itu tak banyak buku tersisa, dan ketika menemukan buku ini di bawah tumpukan buku-buku Ilmu Komputer, saya lantas langsung mengambilnya. Jujur yang saya tahu Elex’s Media hanya menerbitkan komik. Saya belum pernah bertemu novel terbitan Elex’s sebelumnya.

Nah, terlepas dari kekurang-update-an saya, buku ini ternyata adalah buku yang sama yang ingin dibeli oleh saudara saya. Menurut dia, ini seperti takdir. Sekian saja basa-basinya.

Tekstur kertas dari buku ini sangat lembut, meski cukup tebal terasa tipis. Mungkin hal itu karena cover dari buku ini yang lunak. Meski begitu saya suka desan covernya yang memuat warna lembut. Setiap halaman juga diberi pinggiran. Selain itu meski tak yakin, font huru yang digunakan seperti font favorit saya ketika bersekolah di JHS, Book Antiqua.

Sekarang masuk ke ceritanya.

Cerita pertama merupakan favorit saya, berjudul Karangan Bunga untuk Pesta, cerita ini memuat pencarian Wikanti terhadap legenda Inga dan Ita, panggilan sayang dari dua orang siswi kembar Bunga dan Pesta yang bersekolah di SMA Chandra Gupta, Semarang. Ketika membacanya saya terhanyut dan percaya kisah ini nyata, karena entah bagaimana kisah ini membuat saya mersa nostalgia. Kisah yang pahit dan juga kelam, namun sayangnya tak dijelaskan dengan dalam, karena ini hanyalah novelet. Saya sangat berharap Kurnia Effendi mau menjadikan kisah ini novel atau membuat filmnya. Saya pensaran dengan bagaimana kelanjutan Karangan Bunga untuk Pesta, yang tak sanggup di baca Wikanti hingga selesai. Saya juga penasaran dengan musik yang digubah oleh Erlangga. Pun dengan bagaimana pertemuan Bunga, Erlangga yang sudah dewasa dengan seorang murid SMA Chandra Gupta, sekolah yang selalu memperingati kisah Bunga dan Pesta.

Kisah kedua, The Cemetery of Lost Love, bukanlah tipe kesukaan saya. Bukan karena ceritanya buruk, hanya saja tema yang diangkat tidak saya sukai. Kisah seorang Karina dan adik-adiknya yang mengetahui rahasia kelam ayahnya, ketika ayahnya terbaring kritis. Mengetahui permintaan terakhir ayahnya dan rahasia kelam yang selama ini disimpan beliau dengan rapat. Sekarang Karina mencoba memperjuangkan hal itu meski keluarga besarnya sudah pasti akan menolak.

Cerita terakhir boleh dibilang cerita yang pahit. Jika dibandingkan dengan cerita yang lainnya, cerita Surat-Surat Cinta Terakhir lebih detail dalam menjelaskan setiap bagiannya. Saya pribadi merasa terbawa suasana ketika membaca kisah ini. Saya merasakan hampa dan bersalahnya Romy, ketika menyadari ia sudah menyakiti Almaide dengan sangat dalam, padahal gadis itu sendiri tengah menahan sakitnya sendiri. Ia pun tau bahwa Almaide, gadis itu tak layak menerimanya. Bagian paling meyentuh bagi saya ketika surat Almaide berisi potongan diarinya yang berisi sumpahnya, bahwa ia tidak akan menemui Romy hingga akhir hayatnya, dan pria itu kelak hanya akan bertemu dengan pusaranya (Almaide). Hal itu sungguh terjadi, tepat setelah Romy melihat bayangan Almaide, ia mendapat kabar bahwa Almaide sudah benar-benar pergi, meski bergegas berharap dapat bertemu terakhir kalinya, pada akhirnya seperti sumpah Almaide dia hanya bisa melihat pusara itu.

Semua cerita ini mengangkat tema surat, dan entah ditentukan atau tidak, ada kepahitan, kesedihan di setiap kisahnya. Inilah alasan yang membuat saya semakin menyukai desain covernya.

Well, meski singkat hanya segitu sih yang bisa saya katakan tentang novel ini.

Ah, iya. Sejujurnya ada rahasia kecil yang membuat saya bingung. Kali pertama mencari buku ini menggunakan ISBN di Goodreads untuk update perkembangan membaca saya, dan juga untuk challenge, saya justru menemukan ISBN-nya terdaftar untuk buku lain, sebuah buku tentang idol group Indonesia. Buku ini justru terdaftar tanpa ISBN. Misteri ?


Ciao~

0 komentar:

Posting Komentar