Screen Capture Opening One Piece - Crazy Rainbow Star |
Kisah ini dimulai ketika saya ditawari untuk mencoba menulis estafet oleh Dik Putu Arya, dimana Dik Putu menulis permulaan kisah dan kemudian saya melanjutkan bab lainnya untuk kemudian diteruskan lagi oleh Dik Putu. Namun, karena saya punya keinginan terpendam menulis novel dengan dua POV yang berbeda, saya meminta agar Dik Putu mengerjakan POV dari tokoh utama pria sedang saya mengerjakan POV dari tokoh utama wanita. Akhirnya jadilah kisah ini, yang sejujurnya plot, alur dan judul saya serahkan kepada Dik Putu (sebut saja saya hanya mau mengerjakan bagian yang mudah *slapped*)
Well, selamat dinikmati~
_________________________________________________________________
Sebelumnya: Hangatnya Gorengan di Kala Senja: Cireng 2
_____________________________________________________________
Sebelumnya: Hangatnya Gorengan di Kala Senja: Cireng 2
_____________________________________________________________
Rico's POV
Crack ?
Jam
11.45 ,15 menit lagi sebelum jam istirahat berakhir aku terjebak dalam situasi
yang agak rumit dimana temanku memergoki u sedang berduaan dengan Moura
Jantungku berdetak kencang pikiranku kacau namun Moura kulihat sangat tenang.
Teman-temanku menatapku dengan senyum Dan tatapan curiga , aku harus menyelesaikan masalah ini agar take menjadi kesalah pahaman besar
Belum lagi aku Dan Moura baru saja berteman aku takut dia menjauhiku karena masalah sepele seperti Ini
"Hey tunggu dulu kami hanya..."
Belum selesai aku bicara Moura mendahuli menjawab seruan mereka
"Kami cuma teman kok, kemarin dia memberiku cireng. Hari ini aku membalas kebaikannya. Bukan hal aneh kan untuk berbalas budi?" Jawab nya polos
"Ahhh masaaaa ?" Jawab si nurul seakan tak percaya
" Lagi pula, kalau aku dan dia udah jadian dan pacaran, itu bukan urusan kalian kan??" Jawab moura dengan ekpresi agak sinis
Aku melihat rohman diantara mereka ,sial ini pasti ulah nya awas kau ya Rohman
Mereka pun akhirnya jengkel mereka saling berbisik aku tak tau apa yang mereka bisikkan namun Moura terlihat seakan tak peduli .
Mereka lama - lama mulai bubar respon Moura mungkin membuat mereka jengkel ,Sekarang cuma rohman yang tersisa dia mendekati ku Dan berbisik
"Hei Rico anime Musim ini udah update lhooo kemarin aku dah download nanti mampir saja ya !! Bawa flashdisk nya kalau kau mau minta, ngomong-ngomong aku belum tau kamu punya pacar. Nggak usah disembunyiin lah "
"Berisik ahhh "
Dari kata nya barusan tampak nya dia memang tidak tau menau dengan semua ini sebaik nya aku tak berpikir negatif .
"Udah dulu ya aku ke kantin sebentar" Melambaikan tangan nya lalu berlari menuju kantin
Kali
ini kami cuma berdua Moura mengunyah cireng nya pipinya menjadi tembam saat
memakan cireng nya
Aku mulai mengambil jatah ku gara-gara kejadian barusan cirengnya menjadi dingin kubuka saus nya dan kuolesi sedikit di permukaan jajanan khas bandung ini. tentunya aku tak mengolesinya terlalu banyak karena aku tak begitu menyukai makanan pedas .
Saat kugigit ujung nya memang agak keras namun karena rasa nya yang gurih ini membuat ingin mengunyah dan dan mengunyah lagi dan saus sambal yang tadi kuolesi memberikan sensasi baru dalam cita rasanya ,kupikir rasanya sangat pedas tapi setelah kucoba rasanya benar - benar pas sungguh racikan yang profesional pantas saja saus ini menjadi brand terkenal.
Karena rasa nya lebih enak aku bisa menghabis kannya lebih cepat aku melipat kertas bungkusanya dan kubuang di tempat sampah di depan kelas kemudian kulirik moura yang tepat di sebelah ku ,waaaahhh cireng nya sudah habis duluan padahal mungkin dia lapar .
Kalau tidak salah ada air mineral di kolong bangku ku biasanya kalau jam mendekati 12 siang aku mulai haus apalagi sekarang musim kemarau yang panjang dan kebetulan aku beli 2.
Kuambil air itu lalu kuberikan sebagian kepada moura. "Terimakasih " kata nya tanpa ekpresi
"Sama
- sama " sahutku dengan senyuman tipis.
Aku jadi penasaran apa dia marah karena kejadian tadi jadi kutanya dia .
"Kamu marah ya ? Gara- gara tadi "
Dia masih menggambar
Suasana hening sejenak apa dia mendengarkan ku ?
"Hey moouraaaaa !!!!" aku mencoba bicara dengannya lagi
"Apa ?" ekpresi nya jengkel
Sepertinya dia memang marah sudahlah lebih baik aku kembali duduk ke bangku ku ,baca komik naruto sambil nunggu jam istirahat habis kayak nya asik tuh apalagi si rohman selalu update hahaha kadang aku bersyukur punya teman kayak dia walaupun dia kadang rese.
Saat aku beranjak pergi dia menarik tangan ku kami saling bertatap-tatapan kalau di anime adegan ini pasti ada gelembung atau bunga-bunga yang bertebaran namun ini realita tak ada hal semacam itu disini tapi jantungku berdegup kencang wahhhh ini efek terlalu lama singgle jadi aku belum terbiasa
Aku mencoba menanyai nya "Ada apa mouraaa ?"
" Kamu mau kemana sih? Udah ditraktir juga. Buang dong sampahnya kalau udah selesai makan." ekspresi nya nge-jengkelin.
Perasaan tadi langsung berubah kini aku agak kesal Memang sih aku di traktir tapi kalau dia mau minta tolong kenapa tidak dari tadi ya ? Kubuang sampah makanannya lalu aku kembali duduk ke bangkuku dia menarik tanganku lagi
"Apa lagi mouraaaa?? " ku bertanya dengan nada yang agak sumbang
"Nanti
......."suaranya kecil
Aku
tak mendengarnya lalu kucoba pertegas lagi "Hahhh ?"
"Nanti
anterin pulang ya" wajah nya memelas
Aku
hanya mengangguk dan memberikan senyuman
*Kringgggggggggg
__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
*****
Amoura's POV
Crack ?
Beberapa orang yang bersorak di luar jendela kelas
semakin heboh, jelas saja beberapa murid dari kelas lain yang melewati koridor
kelas kami penasaran ingin mengintip. Teman sebangku koko yang berdiri di luar
tiba-tiba saja berjalan masuk bersama beberapa anak laki-laki lainnya. Mereka
mulai bersiul dan masih mengumandangkan seruan “cieeeee” itu dengan semangat.
Koko terlihat sangat canggung dan gelisah.
“Cieee cieee… mesra banget nih..” celetuk teman
sebangku koko sambil berjalan mendekat. Dia sekilas melirikku dan meandangi
cireng ditangan koko. Terlihat jelas senyumnya menunjukkan kata-kata “Kau
tertangkap basah”.
Koko tiba-tiba mengangkat kepalanya dan meletakkan
cireng serta saus ditangannya ke dalam bungkusan yang kubawa.
“Hey, tunggu dulu. Kami hanya…”, Koko mencoba
menjawab dengan sangat kikuk. Aku yakin Koko sangat kebingungan, jelas sekali
tatapan matanya mengisyaratkan “tolong lakukan sesuatu”. Akhirnya aku langsung
menyahut, "Kami cuma teman kok, kemarin dia memberiku cireng. Hari
ini aku membalas kebaikannya. Bukan hal aneh kan untuk berbalas budi?"
“Ah, masa sih?”, tiba-tiba Nurul berceletuk. Ia tiba-tiba saja muncul disamping teman sebangku koko. Aku dan Nurul memang tak banyak bicara, malah menurutku dia cukup benci terhadapku. Suatu kali ketika dia meminjam buku tugasku aku menolak, dan dilain waktu ketika dia bercerita penuh pujian terhadap salah satu aktor idolanya asal negeri ginseng, aku mengatakan bahwa aku tidak mengenal orang yang dia bicarakan. Setelah itu tak sekalipun ia berbicara denganku. Nurul tersenyum mencemooh menunggui jawabanku.
“Lagi pula, kalau aku dan dia udah jadian dan pacaran, itu bukan urusan kalian kan?”, jawabku acuh. Namun aku yakin Nurul mendengar nada sinis yang ku lontarkan.
Nurul mendelik sebal dan kemudian berpaling keluar kelas bersama teman-temannya. Beberapa yang lainnya berseru “huuuu” atau berkomentar “nggak asik” sambil melangkah keluar kelas. Hanya saja teman sebangku koko masih berdiri ditempatnya. Dia kemudian mendekati koko dan membisikkan sesuatu yang tak dapat kudengar.
Tiba-tiba saja
Koko mendelik sebal ke arah teman sebangkunya itu. “Berisik ah!”, seru nya. “Udah
dulu ya, aku mau ke kantin sebentar”, sahut anak itu seraya melambaikan tangan
pada Koko dengan senyum penuh arti, laki-laki itu kemudian keluar dari kelas.
Suasana kembali sepi, tapi aku dapat melihat bahwa koko masih terlihat gugup.
Jadi kubiarkan dia dengan kegugupannya, lagi pula masih ada waktu yang tersisa
untuk memakan cireng. Aku mengeluarkan buku gambarku dan melukiskan gambaran
perasaanku tentang kejadian tadi dalam lukisan alam. Aku terus menggambar
sketsa-ku sambil memakan cireng. Beruntung aku seorang kidal, meski begitu aku
tetap dapat menggunakan tangan kananku untuk makan. Sesaat aku lupa dengan
keberadaan koko, sebelum dia mengulurkan botol air mineral ke hadapanku. “Terimakasih”,
sahutku singkat. “Sama-sama”, jawabnya dengan senyum simpul.
Jujur saja saat itu aku sedikit kaget, butuh beberapa detik bbagiku untuk mengingat dengan baik apa yang sebelumnya terjadi. Seorang teman lamaku pernah berkata bahwa kebiasaanku yang terlalu serius ketika menggambar sangat buruk.. Aku terlalu larut dalam goresan-goresan yang kutorehkan dan seringkali tak acuh terhadap keadaan sekeliling. Hal itu jugalah yang menyebabkan tak banyak orang yang mampu bertahan di sisiku.
“Hey, Moura!!!”, Koko tiba-tiba berteriak keras memanggil namaku. Aku sontak tersadar dari lamunan singkat dan menyahut dengan jengkel. “Apa?!!”
Jujur saja saat itu aku sedikit kaget, butuh beberapa detik bbagiku untuk mengingat dengan baik apa yang sebelumnya terjadi. Seorang teman lamaku pernah berkata bahwa kebiasaanku yang terlalu serius ketika menggambar sangat buruk.. Aku terlalu larut dalam goresan-goresan yang kutorehkan dan seringkali tak acuh terhadap keadaan sekeliling. Hal itu jugalah yang menyebabkan tak banyak orang yang mampu bertahan di sisiku.
“Hey, Moura!!!”, Koko tiba-tiba berteriak keras memanggil namaku. Aku sontak tersadar dari lamunan singkat dan menyahut dengan jengkel. “Apa?!!”
Aku benar-benar
tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba berteriak seperti itu. Hanya saja itu
sangat menjengkelkan. Bahkan Bunda tidak pernah berteriak seperti itu saat
memanggilku. Aku masih mendelik ke arahnya. Ku pikir dia akan meminta maaf dan
menjelaskan maksud sikapnya tadi. Tapi dia malah berdiri, hendak berbalik ke
kursinya.
“Apa-apaan sih
dia”, gerutuku dalam hati. Langsung saja aku menarik tangannya.
Dia berhenti dan
berbalik menatapku dengan wajah kikuk. “Ada apa M..Moura?”, hanya itu yang
keluar dari dalam mulutnya.
“Hah, yang benar
saja, dia malah bertanya ‘Ada apa?’, dia benar-benar menyebalkan. Dia bahkan
lebih menyebalkan dari pada Nurul.”, gerutuku lagi.
“Kamu mau kemana
sih? Udah ditraktir juga. Buang dong sampahnya kalau udah selesai makan.” Jawabku
sebal seraya melepaskan genggaman tanganku yang melingkar di tangannya.
Koko pun segera
membereskan sampah yang berserakan di atas meja dan membuangnya ke dalam tempat
sampah di luar kelas. Aku memandanginya
yang tampak jelas bersungut-sungut karena harus membuang sampah. Ternyata diaa
benar-benar menyebalkan. Padahal tadinya aku ingin meminta tolong untuk
diantarkan pulang ke rumah. Aku sudah janji akan pulang cepat untuk check up
ke rumah sakit bersama bunda. “Sekarang aku harus minta bantuan pada siapa lagi”,
tanyaku pada diri sendiri. Tepat ketika sedang memikirkan hal itu, Koko berlalu
di samping mejaku. Spontan aku menarik lengannya lagi.
“Apa lagi sih Moura?”
sahutnya sebal.
“Nanti….”, aku
menggantung perkataanku. Tak yakin apakah sikapku saat ini benar atau tidak. Koko
melirikku bingung, wajah sebalnya tadi sepertinya sudah sedikit menguap.
“Nanti, tolong
antarkan aku pulang ya”, sahutku dengan lebih mantap seraya mengumbar wajah
memelas.
Koko menjawab
dengan anggukan ringan dan seulas senyum tipis. Aku pun balas tersenyum dan
melepaskan tangannya. Koko berjalan menuju kursinya, dan bel tanda istirahat
usai pun terdenar dengan nyaring, menutup pembicaraan kami.
*Kriiiiiiiiiiing*
********
Bersambung, see you soon ..
0 komentar:
Posting Komentar