Judul
Buku : Totto-chan’s Children (A Godwill Journey to the Children of the World)
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Penulis
: Tetsuko Kuroyanagi
ISBN
: 978-979-22-5998-8
_________________________________________________________________________________
Blurb
Totto-chan
kini sudah dewasa. Ia sekarang menjadi aktris terkenal dan punya banyak
penggemar. Tapi Totto-chan tak pernah melupakan masa kecilnya. Karena itulah
Totto-chan langsung setuju ketika UNICEF menawarinya untuk menjadi Duta
Kemanusiaan.
Sejak
itu, Totto-chan berkunjung ke banyak negara dan menemui berbagai macam anak. Di
negara-negara yang mengalami kekeringan hebat atau terkena dampak perang,
anak-anak yang sebenarnya polos dan tak berdosa selalu jadi korban. Ternyata
masih banyak sekali anak-anak dunia yang tidak bisa makan, tidak bisa sekolah,
tidak bisa dirawat ketika sakit,, bahkan mengalami trauma hebat akibat perang.
Lewat
buku ini, Totto-chan ingin menceritakan pengalamnnya saat bertemu anak-anak
manis itu supaya semakin banyak orang bisa membantu anak-anak dunia menggapai
masa depan yang lebih baik.
_________________________________________________________________________________
Buku
ini memuat tiga belas bab, yang mengisahkan tiga belas perjalanan pertama
Totto-chan sebagai duta kemanusiaan UNICEF sejak tahun 1984.
Ketika
mengunjungi Tanzania, Totto-chan bertemu dengan Benedicta di sebuah panti
asuhan, gadis berusia dua setengah tahun yang awalnya tak mau mendekati
Totto-chan. Namun, ketika Totto-chan berkata dia akan pergi, Benedicta yang
sejak datang ke panti asuhan tidak bersosialisasi dengan siapapun, akhirnya
menhampiri Totto-chan dan berbaring dipangkuannya. Benedicta kemudian
menempelkan wajahnya pada wajah Totto-chan sambil menangkupkan kedua tangannya
di wajah Totto-chan sesaat setelah Totto-chan menurunkannya dari gendongan di
halaman panti asuhan, saat Totto-chan benar-benar harus pergi.
Foto yang diambil oleh Takeyoshi Tanuma, saat Benedicta menempelkan wajahnya pada Totto-chan |
Selain
itu di Tanzania penduduk harus menempuh perjalanan hingga 14 kilometer untuk
mendapatkan air, itupun dengan cara mengeruk sungai yang kering, sehingga
seringkali air yang didapat mengandung pasir dan debu. Totto-chan juga bertemu
dengan Dr. Shangali, salah satu pemimpin dewan setempat yang sangat ingin
memberikan akses air bersih bagi penduduk terutama anak-anak, dengan planning
yang telah ia susun, namun terkendala dana ketika saat itu.
Sangat
banyak hal menarik tentang kisah dampak perang dan bencana alam, terutama bagi
anak-anak dan wanita. Saya ingin menuliskan keseluruhan ceitanya, tetapi hal
itu akan menghabiskan sangat banyak lembaran. Jadi, sedikit kisah di Tanzania
tadi saya anggap cukup untuk menggambarkan isi buku ini.
Ada
beberapa kutipan favorit saya dalam buku ini, yaitu
Pesan
dari presiden Tanzania kepada Totto-chan,
“Miss Kuroyanagi, saat anda kembali ke Jepang, ada satu hal yang saya ingin anda ingat; Orang dewasa meninggal sambil mengerang, mengenluhkan rasa sakit mereka, tapi anak-anak hanya diam. Mereka mati dalam kebisuan, dibawah daun-daun pisang, memercayai kita, orang-orang dewasa.”
Percakapan
singkat Totto-chan dengan seorang bocah india yang sekarat akibat tetanus,
Aku berkata lembut padanya, dalam bahasa Jepang, “Bergembiralah, sayang, dokter berusaha semampunya untukmu.”Anak laki-laki itu menatapku dengan mataanya yang indah dan besar dan, dan berusaha mengatakan sesuatu.Tetanus adalah penyakit mengerikan: otot-ototmu menjadi kaku dank au tak bisa bicara. Aku bertaanya pada perawat apa yang coba dikatakan anak laki-laki itu.“Aku berdo’a untuk kebahagiaanmu,” perawat itu menerjemahkan.
Foto yang diambil Takeyoshi Tanuma saat Totto-chan bertemu dengan Anak Lelaki India yang Sekarat Akibat Tetanus dan Mendo'akan Kebahagiaan bagi Totto-chan |
Percakapan
Totto-chan dengan seorang (maaf) PSK belia berusia 12 tahun di Haiti, negara
yang saat itu 72% PSK disana mengidap HIV/AIDS dan banyak diantara mereka
adalah anak-anak.
“Apakah kau tidak takut pada AIDS?”Jawabannya singkat dan langsung, “Ya, aku takut, tapi bahkan jika aku terkena AIDS, Aku akan tetap hidup selama beberapa tahun lagi, bukan? Kalau aku tidak bekerja, tak ada makanan untuk besok.”
Fakta
bahwa anak-anak Afrika yang sejatinya hidup di tanah tempat Gajah, Jerapah,
Singa dan Zebra berkeliaran di alam bebas, ketika anak-anak dari tempat lain
mengenal hewan-hewan itu, mereka tak satupun yang mengetahui hewan tersebut.
Kekejaman
dalam perang Bosnia-Herzegovina, ketika mereka memasukan bom dalam boneka atau
hal menarik lainnya yang disukai anak-anak yang ketika disentuh akan segera
meledak.
Fakta
bahwa banyak anak-anak korban perang melihat kedua orangtuanya dibunuh
dihadapannya, kakak atau adik perempuan mereka diperkosa, ataupun tangan dan
kaki mereka dipotong, sangat menyakitkan dan benar-benar buruk.
Anak-anak
dan orang dewasa yang sangat tekun belajar, bahkan meski mereka harus
bersekolah dimalam hari, karena menghabiskan siang hari untuk membantu
orangtuanya mencari nafkah, dan mereka tidak mengeluh, meski mereka belum
beristirahat, meski mereka harus berbagi sedikit makanan yang ada dengan
saudaranya, meski mereka tidak memiliki perlengkapan sekolah.
Fakta
bahwa tanah yang dulunya hijau, sekarang menjadi tandus karena kehilangan
tumbuhannya. Sehingga negara nya menjadi kota yang rentan terkena banjir
dadakan yang seringkali memakan korban dan juga harta benda.
Anak Kurus ini Kesulitan berjalan karena Tidak Punya Tenaga. |
Ketika kita masih dapat makan hidangan yang enak dan layak, pantaskah mengeluh karena berat badan yang naik? Apa benar-benar tidak dapat disyukuri?
Pernyataan
anak jalanan berusia lima tahun bahwa ia hanya ingin hidup hingga bisa dewasa,
tidak seperti kebanyakan anak-anak di negara damai yang akan mengatakan ingin
menjadi dokter, astronot, polisi atau apapun itu.
Anak-anak
yang dijadikan tentara, gereja dan rumah sakit yang dijadikan tempat
pembantaian. Orang-orang dewasa yang melakukannya seolah lupa bahwa gereja itu
dulunya adalah tempat ia beribadah, tempat keluarga bersama berdo’a pada Tuhan,
rumah sakit itu dulunya adalah tempat mereka mengantarkan anak-anak mereka yang
sakit untuk diberi perawatan agar lekas sembuh. Benar-benar membuat saya geram
dan tak habis piker.
Rumah-rumah,
bangunan-bangunan penuh bekas lubang peluru sebagai satu-satunya tempat
berlindung. Dokter-dokter dan rumah sakit yang tidak punya perlengkapan medis
atau obat-obatan untuk menyembuhkan pasien yang terus datang. Mereka frustasi,
ketika disumpah dahulu, mereka berikrar bahwa “Kesehatan penderita senantiasa
akan saya utamakan”, namun mereka hanya dapat mendiagnosis tanpa mampu
mengobati.
_________________________________________________________________________________
Tentang
penulis
Lahir
di Tokyo, Tetsuko Kuroyanagi merupakan putrid dari pemain biola terkenal dan
salah satu tokoh pertelevisian populer di Jepang.
Ia
mempelajari opera di Tokyo College of Music, dan memutuskan untuk jadi
aktris ketika lulus. Sebagai aktris panggung dan televise, ia memenangkan
berbagai penghargaan untuk perannya yang luar biasa dalam Master Class
karya McNally dan Three Tall Women karya Edward Albee. Ia juga berperan
dalam lettice and Lovage karya Peter Shaffer serta Malene karya Pam
Gem. Pada tahun 1972 Tetsuko mempelajari seni peran panggung di Mary Tarcai
Studio, new York.
Tetsuko
Kuroyanagi telah menerima berbagai penghargaan yang diberikan kepada tokoh
pertelevisian di Jepang. Talk Show hariannya, “Tetsuko’s Room”,
masih terus diminati meskipun telah disiarkan lebih dari 25 tahun.
Tetsuko
juga seorang penulis dan ahli panda. Selain mengarang Panda and I, ia
juga menjabat sebagai anggota dewan di World Fun for Nature Jepang. Memoir masa
kecilnya, edisi bahasa Jepang Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela telah
terjual lebih dari tujuh juta eksemplar dan masih menjadi buku terlaris di
Jepang. Buku tersebut telah diterjemahkan dan diterbitkan di 33 negara lain.
Totto Foundation—yang dibiayai dari royalty bukunya—mendukung Japan Theater of
the Deaf yang memberikan pelatihan professional kepada aktor-aktor tuli.
Sukses
internasional Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela mengantarnya menjadi Duta
Kemanusiaan UNICEF pada tahun 1984. Tetsuko Kuroyanagi juga dianggap sebagai
penulis kisah-kisah humoris dan merupakan contributor rutin dibeberapa majalah
sastra. Ia adalah anggota Internasional Pen Club.
0 komentar:
Posting Komentar