WHAT'S NEW?
Loading...

Hangatnya Gorengan di Kala Senja : Cireng 1


Screen Capture One Piece Opening Crazy Rainbow Star
Kisah ini dimulai ketika saya ditawari untuk mencoba menulis estafet oleh Dik Putu Arya, dimana Dik Putu menulis permulaan kisah dan kemudian saya melanjutkan bab lainnya untuk kemudian diteruskan lagi oleh Dik Putu. Namun, karena saya punya keinginan terpendam menulis novel dengan dua POV yang berbeda, saya meminta agar Dik Putu mengerjakan POV dari tokoh utama pria sedang saya mengerjakan POV dari tokoh utama wanita. Akhirnya jadilah kisah ini, yang sejujurnya plot, alur dan judul saya serahkan kepada Dik Putu (sebut saja saya mau mengerjakan bagian yang mudah saja *slapped*)

Well, selamat dinikmati~

_________________________________________________________________________________

Cireng 1
Cireng dan Gadis Misterius

*****

Rico's POV

Hari ini adalah kali pertama aku melihat Moura murung, biasanya dia adalah sosok yang periang, ini sungguh tidak biasa. Dia adalah wanita yang paling aneh yang pernah ku kenal tingkahnya tidak bisa di tebak. Dia menganggap monyet itu imut, dia rela antre untuk mendapatkan cireng, jajanan khas bandung, dan dia bisa tertawa terbahak-bahak hanya karena membaca buku cerita, selain itu dia juga sangat menyukai mode klasik jaman belanda bahkan kacamata nya pun bulat seperti milik pak Muhammad Hatta. Namun keanehannya ditutupi oleh parasnya yang cantik membuat kepribadiannya secara keseluruhan terkesan unik. Ya, sejujurnya itu sih menurutku. 
Beberapa orang mungkin akan berkata bahwa Moura adalah gadis sombong yang hanya peduli dengan dunia nya sendiri atau Moura adalah gadis dengan kepribadian ganda. Terlebih banyak anak laki-laki di sekolah yang mendekatinya, hanya saja ketika mereka mencoba merayu dengan berbagai macam gombalan ataupun pertanyaan basa-basi Moura menjawab sekedarnya saja. Dia memang sangat cuek. Hal yang membuatku penasaran tentangnya adalah kebiasaan dia yang selalu membawa buku gambar. "Kira-kira apa yang ia gambar?", pertanyaan itu selalu membuatku semakin penasaran saja, apalagi ketika melihat ekspresi antusiasnya. Namun entah mengapa saat ini dia terlihat murung, dia meraut pensil warnanya dengan tatapan lesu, sesekali dia menggaruk kepalanya seolah dia sedang kehabisan ide namun siapa yang tahu apa yang ada di pikiran nya aku penasaran, aku ingin tau. Rasa penasaran ini seakan memaksaku untuk mendekatinya. Ahhh, aku pun kesal dengan hasratku itu. 
Setelah meyakinkan diri bahwa aku hanya peduli dan ingin tau tentangnya, aku pun mencoba mendekatinya. Perlahan aku duduk di bangku kosong, tepat disebelahnya. Tapi dia justru menatap ku dengan pandangan jengkel dan kemudian dia mengalihkan pandangan nya lagi dan kembali meraut pensil warna miliknya. Aku mencoba bertanya dengan sedikit ragu, "Kamu kenapa ?". Pertanyaan singkat itu ternyata menarik minatnya, dia berhenti sejenak, hanya saja dia tak menatapku. "Kamu siapa?", dia justru mengajukan pertanyaan balik yang membuatku kesal. "Dia bahkan tidak mengenali teman sekelas nya sendiri padahal aku sudah 6 bulan sekelas dengannya" , gerutu ku dalam hati. Tapi ini mungkin saja adalah kesempatanku untuk dapat berkenalan dengan nya.
"Rico.., Itu lhoooo yang no absennya 21, Rico Andriansyah"
"Hm, yang suka gambar bukan ?"
Aku sedikit bingung, "bukan" jawabku singkat.
"Berarti nggak kenal", jawab nya cuek.
Dasar apatis, Pantas saja dia nggak punya teman. 
Kringggggg bel berbunyi mengakhiri jam kosong murid-murid teman sekelasku berhamburan keluar keras sambil berteriak "yayyyyy". Namun Moura tetap di dalam kelas dengan raut wajahnya yang sedih. Aku mengambil tasku dan kembali lagi duduk di sebelahnya aku mengeluarkan kantung plastik dan membuka cireng yang ku beli di kantin tadi pagi. Aku juga heran kenapa Moura begitu menyukai jajanan ini. Tiba -tiba dia menoleh padaku, dan aku juga menolehnya. Tapi dia berpaling lagi. 
"Kamu mau ?" 
Dia diam tak bergeming. 
"Udahlah ambil aja, aku beli dua kok" 
Dia menerima dan memakannya dengan senyuman polosnya. Lalu berceloteh dengan mulut terisi penuh "Cuireng veguini uenaknya dimakan uanget-uanget lhooo".
"Habisin dulu baru bicara ,heran kok kamu suka jajanan keras gini ? tapi gurih sih"
"Cuireng ithu suergha duniya" jawab nya 
" Sebagai ganti nya aku boleh tahu dong kamu murung kenapa, diputusin pacarnya ya ? "
"Ngguakk akhu cuema laver ,uang ku ketcingggalan" 
Sekarang aku nggak tau mesti ngomong apa Aku harus tertawa atau kasian aku tak tau tapi entah kenapa aku sangat senang, yahh.., mau gimana lagi dia sangat kelaparan kalau saja dia punya teman dia nggak akan seperti ini, "Rahang ku ngilu ngunyah nya lamaaaa "
"Ya karena itu aku suka ibarat kenangan indah yang tak akan mudah terlupakan"
"Ahhh alay .... mendadak jadi penyair setelah makan cireng "
Dengan sedikit tawa aku mengucapkan dan dia memasang wajah tersinggung "Heii apa kamu belum pernah makan cireng rasa ayam ditambah saus sambal ,jika tak pernah aku jadi kasian sama kamu
" Eh......Kukira dia marah respon nya sangat mengejutkan membuat ku tergelitik "Hahah terserah kamu aja deh......" Suasana jadi hening kali ini ekspresi nya berubah tak kusangka jajanan ini adalah senjata ampuh untuk mendekatinya aku merasa canggung untuk bertanya lagi namun aku memberanikan diri untuk bertanya
"M-Moura kenapa kamu lebih suka menyendiri"
"Kenapa kamu ingin tahu ? " Dia membuatku tambah grogi
"K-karena aku ingin jadi teman mu?"
"Jangan salah ya teman ku banyak lho mereka semua tak pernah membuat ku bosan "
"Dimana? Diluar sekolah ya ? "
"Disini " sembari menunjuk kepalanya, kenapa dia malah bangga aku tak mengerti dengannya ?
"Jadi apa kamu akan tetap menjauhiku"
"Akan ku beri kamu tes kau tak akan lulus dengan mudah" Dia terlalu memilih kawan sampai -sampai ada tes Sudah lah aku nyerah saja tampak nya dia emang sengaja
"Apa kamu tau shingeki no kyoujin ?" Tes apa itu??, intinya dia hanya mau mencari teman dengan hobby yang sama.
"Kalau nggak salah itu anime musim kemarin yang di penuhi raksasa telanjang kan?, biasanya Rohman selalu mengajak ku kalau ada anime baru "
"Ya ya ya,nanti ku ganti cireng mu tentunya aku juga akan bawa saus sambal, kamu lebih suka yang mana saus DEF atau saus Soso ?”
"Jangan sungkan aku ikhlas kok "
"Jangan begitu aku nggak mau berhutang denganmu ? "
"Yaudah saus Soso aja"
"Haha selera yang buruk" 
Sebenarnya aku tak begitu suka pedas dan ada apa dengan tawanya yang khas itu apa dia meniru dekomori [Anime chuunibyou koi ga shitai ]
Kringggggg Bel tanda selesai istirahat mengakhiri percakapan kami ,aku duduk kembali ke bangku ku.
*****
Amoura's POV

Aku merasa sangat bosan dan gelisah menunggu bel istirahat sekolah berbunyi. Akibat uang jajan yang lupa aku bawa, terpaksa hari ini aku melewati istirahat sekolah tanpa cireng kesukaanku. Sebenarnya aku bisa saja membaca buku dan larut dalam kisahnya untuk melupakan rasa lapar ini, tapi sedari tadi anak laki-laki yang duduk di sudut kelas terus saja memperhatikanku. Padahal aku yakin kami belum pernah berbicara sebelumnya. “Apa mungkin dia juga menganggap monyet itu imut dan ingin berbicara denganku?”, aku bertanya pada diriku sendiri. Aku berpura-pura tak acuh dan kembali memikirkan cireng ibu kantin yang sangat enak. Seharusnya tak ada hari yang terlewati tanpa cireng itu. Urgh, kecerbohanku benar-benar membawa petaka.


Aku memperbaiki letak kacamata bundarku seraya mencuri pandang kepada laki-laki itu dan dia masih memandangiku. Sesaat aku teringat salah seorang temanku dulu pernah bertanya alasanku menggunakan kacamata bundar yang mirip dengan kacamata bapak Dr. Moh. Hatta ini, banyak yang berfikir model tua seperti ini sangat tidak cocok digunakan di zaman modern. Namun aku tidak berpendapat demikian, gaya klasik dan kuno menurutku lebih menarik, terkesan lebih mewah dan anggun. Harry Potter saja menggunakan kacamata bundar, dan banyak gadis-gadis yang terpikat dengan ketampanannya menggunakan kacamata itu. 

Ah, lagi-lagi perutku terasa sakit, ini pasti akibat terlalu banyak berpikir. Aku harus berhenti memikirkan apapun, termasuk laki-laki aneh disudut kelas itu. “Siapa sih dia memandangiku begitu, sebenarnya sejak kapan dia ada di kelas ini, apa dia belum pernah melihatku”, gerutuku dalam diam.

*****

Aku masih terlalu lemas untuk sekedar duduk tenang dan memperhatikan penjelasan guru di depan kelas. Laki-laki yang tadi memandangiku masih duduk dikursinya, “Ah, sebenarnya ada apa dengan anak itu”, aku bertanya sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal. Namun, tiba-tiba saja dia mulai berdiri dan berjalan menuju mejaku. Aku tetap bersikap tak acuh dan mengeluarkan pensil serta rautannya dari dalam tas. Dia berhenti dan duduk tepat disampingku. Aku berusaha mengusirnya dengan pandangan jengkel, karena dia mengingatkanku terhadap anak laki-laki lainnya yang berbicara tentang cinta dan hal membosankan lainnya seperti “Kau cantik dan unik Moura”. Hal-hal menjengkelkan yang dapat keluar dari mulut seorang laki-laki. Tadinya kupikir dia akan segera pergi sambil menggerutu, mengatai aku egois, aneh, atau hal lainnya.

“Kamu kenapa?”, dia bertanya dengan ragu. Dia sungguh membuatku heran, jadi aku hanya diam menunggu apa dia akan mengatakan hal lainnya. Hanya saja ia tak bergeming, diam membeku, akhirnya aku menanyakan hal lain padaanya.

“Kamu siapa?”, tanyaku ingin tahu. Dia terlihat sedikit kaget dan kesal, memandangiku sejenak seolah sedang berpikir sebelum berkata, “Rico…, itu lhoo yang nomer absennya 21, Rico Andriansyah.”

Ah, aku ingat seorang teman lama ku yang bernama Rico, dia sangat hobi menggambar sejak sekolah dasar. Aku sangat tidak menyangka bahwa kami sekelas. “Ah, yang suka ngegambar itu bukan?”, tanyaku. 

Namun dia malah tampak kebingungan, seolah aku baru saja mengatakan hal aneh seperti gajah dapat terbang. “Bukan”, jawabnya sedikit kikuk.

“Oh, Berarti aku nggak kenal.”, kataku spontan.

Kriiiiiing.

Bunyi bel istirahat sekolah disambut seisi kelas dengan riuh, semuanya tampak antusias untuk bergegas pulang. Tapi, laki-laki yang mengaku bernama Rico ini. Dia berdiri tanpa mengucapkan apa-apa dan kembali ke tempat duduknya, mengambil tas sekolahnya, dan berjalan keluar kelas. Setidaknya begitulah perkiraanku. Namun ternyata dia malah kembali duduk disampingku dan mengeluarkan kantung plastik dari dalam tasnya. Perlahan dia membuka kantung plastik yang ternyata berisi cireng. Cireng itu tampak masih hangat dengan asap lembut yang mengepul di atasnya. Jujur saja aku sangat ingin memintanya, tapi aku takut itu tidak sopan, Jadi aku mengurungkan niatku dan kembali meraut pensil.

“Kamu mau?”, dia bertanya lembut seraya mengangsurkan plastik itu kehadapanku. Aku belum pernah bertemu seseorang yang rela memberikan sekantung penuh cireng yang luar biasa lezatnya ini dengan gratis. Sepertinya aku hanya berhalusinasi.

“Udahlah, ambil aja. Aku beli dua kok”, lanjutnya. Ya, kalau dipaksa begini, jelas saja aku tak akan menolak kan? Langsung saja aku mengambil bungkusan itu dan memakannya, sebelum dia berubah pikiran. Dia hanya diam mengamatiku, mengabaikan bungkusan cireng dihadapannya.

“Cuireng veguini uenaknya dimakan uanget-uanget lhoo” celetukku.

“Habisin dulu, baru bicara. Heran deh kok kamu bisa suka jajanan keras gini? Tapi emang sih, cireng itu gurih”.

“Cuireng ithu suerghanya duniya”, sahutku.

“Sebagai gantinya, aku boleh tau dong kaamu murung karena apa? Diputusin pacarnya ya?”

Ah, jadi sedari tadi dia memandangiku karena mengiraa ku murung? Begitukah? Bagaimana dia bisa menyimpulkan begitu. Aku ingin tergelak, tapi aku rasa itu sangat tidak sopan untuk dilakukan pada seseorang yang berusaha menghiburmu. 

“Ngguak kok, Akhu chuma lafher. Uangku Kethinggalan”, jawabku jujur,

Dia tampak kaget dan bingung, lagi-lagi ekspresi itu. Namun, tiba-tiba dia tersenyum simpul tanpa alasan yang jelas. Laki-laki bernama Rico ini benar-benar sangat aneh.

“Rahangku sering ngilu, ngunyahnya itu lho, lamaaa” celetuknya.

“Ya, karena itulah aku suka cireng ini. Seperti kenangan indah yang tak terlupakan untuk waktu yang panjang”.

“Ah, alay. Mendadak jadi penyair setelah makan cireng”, ucapnya menahan tawa. Jelas sekali dia menertawakan kata-kataku. Kata-kata tadi jika diingat lagi memang terdengar konyol.

“Hahaha, terserah kamu aja deh..”, sahutku menahan tawa.
Tapi dia tak mengatakan apapun lagi. Cirengku pun sudah habis, kupikir tak ada hal lainnya yang perlu dibicarakan lagi.

“”Mm-Moura, kenapa kamu lebih suka menyendiri?” tiba-tiba dia memecah keheningan dengan suara kikuknya.

“Kenapa kamu ingin tahu?”

“K-Karena aku ingin menjadi temanmu.”
Jawaban macam apa itu. Apa dia berpikir aku tidak punya teman?. “Jangan salah ya, temanku banyak lho, mereka semua tak pernah membuatku bosan.”

“Dimana? Diluar sekolah ya?”

“Di sini”, jawabku menujuk kepalaku yang bundar. Ya, memang disanalah teman-temanku berada, dalam pikiranku sendiri.

“Jadi apa kamu akan tetap menjauhiku?” dia bertanya dengan ragu.

“Akan ku beri kamu sebuah tes, dan aku yakin kamu tidak akan lulus tes itu dengan mudah”, jawabku, dan dia hanya diam tak bergeming, wajahnya tampak sangat kesal dan frustasi.

“Apa kamu tau Shingeki no Kyojin?”, tanyaku.

“Kalau gak salahm itu anime musim lalu yang dipenuhi dengan karakter raksasa tanpa busana kan? Biasanya Rohman selalu mengajakku nonton bersama kalau dia punya koleksi anime yang baru.”

“Ya, ya, ya, nanti ku ganti cirengmu. Tentunya akan kuberi bonus saus sambal. Ngomong-ngomong kamu lebih suka saus DEF atau saus Soso?”

“Jangan sungkan aku ikhlas kok”

“Jangan begitu, Aku nggak mau berhutang budi pada siapapun.”

“Yaudah, kalau begitu saus Soso saja.”

“Hahaha, dasar. Selera yang buruk.”
Menurutku dia cukup unik dan baik. Mungkin aku akan member dia kesempatan untuk berbicara lagi denganku setelah ini. Aku perlu tahu sejauh apa dia memahami Shingeki no Kyojin ini.

Kriiiiing.


Kali ini bel tanda berakhirnya waktu istirahat berbunyi. Dia bergegas berdiri dan kembali ketempat duduknya setelah memberikan seulas senyum.

0 komentar:

Posting Komentar