WHAT'S NEW?
Loading...

Pesta Rakyat - Gejolak Pemilihan Umum



corat-coret: curahan hati anak ababil (?)
Jadi ceritanya di negara saya itu lagi ada pemilihan pemimpin. Katanya sih gitu.
Kalau denger kata pemimpin saya suka ngebayangin yang keren-keren gitu, sebut saja Pak Abraham Lincoln atau Bapak Mathama Gandhi,
ah, kalau boleh saya mau menyebutkan satu pemimpin lagi dari agama saya sendiri, Rasulullah, Muhammad saw.

Menurut saya mereka pemimpin yang hebat, 
saya cukup sering membaca buku-buku tentang kisah hidup mereka, terkdang sebagai hiburan di saat saya merasa sangat down.

Membayangkan pemimpin seperti mereka seringkali membuat saya merasa sangat, err, kalian tau sesuatu seperti semangat, bergejolak, ah entahlah ..
Karena nya, saya selalu memimpikan bisa memilih pemimpin idola saya suatu hari nanti, tak harus persis sama seperti Pak Abe, Bapak Gandhi, ataupun Nabi Muhammad saw, cukup punya nilai kepemimpinan yang dibutuhkan dan layak, serta punya rasa kemanusian.
ya, saya rasa yang seperti itu saja cukup.
Nah, masalahnya sekarang adalah ekspektasi berlebihan saya terhadap semua itu hancur.
Padahal ini baru kesempatan pertama saya mengeluarkan suara untuk memilih pemimpin negara saya ini.
ah, gimana gak galau,
baru ada calon saja negara saya udah hampir roboh.

Tau gak, 
Negara saya ini dulunya pernah dijajah lho, 
gak langsung merdeka gini.
semuanya dulu jadi satu untuk memperjuangkan kemerdekaan, entah dia si orang kampung sana, atau si orang kampung sini, semua nya sama-sama makan ubi dan merangkak menembus rawa cuma buat kemerdekaan bagi generasi selanjutnya.

Perjuangan saat itu gak segampang baca kisah-kisah ceritanya di buku,
ya, ya, itu memang kisah masa lalu,
masa lalu, ketika semua orang tak memandang perbedaan,
masa lalu ketika semua pemimpin entah muda ataupun tua duduk bersama dan berdiskusi tentang kemerdekaan bangsa, tentang kesetaraan sesama, sampai terbentuknya Pancasila dan UUD 1945.
gak ada kalimat "SARA" di dalamnya, semua sama.
setidaknya itu penjelasan guru saya semasa sekolah dasar dulu.
jadilah saya memegang itu erat-erat hingga detik ini.

semua sama,
entah dia memiliki kepercayaan atau tidak, entah dia berkulit apa, entah dia orang mana, saya sih fine-fine aja buat temenan.
walaupun cuma lewat dunia maya, surat, atau apapun itu, 
kami tetap saling berbagi cerita,

apa yang dia percaya itu hak dia, apa yang saya percaya juga dia jadikan hak saya, 
kami saling tak menyinggung sama sekali.

entah apa etnis ataupun suku nya.
dan itu gak musti jadi salah satu hal yg digunakan untuk saling menjatuhkan dalam pemilihan pemimpin.
saya sih gak bela pihak manapun, 
toh yang saya pilih buat jadi pemimpin nanti diri saya sendiri kok.

kejadian ini tuh dulu udah pernah ada dalam sejarah.
devide et impera,
strategi penjajah zaman dahulu, yang paling manjur dan tetap digunakan sampai sekarang.
jadi ndak perlu lah susah-susah ngomong di media sosial buat diperhatiin banyak orang,
bawa-bawa agama, etnis, dan blablabla,
cukup diam aja bisa toh ?

kalau kamu milih yang itu ya boleh, milih yang ini ya boleh, 
gak usah sesumbar,
iya toh ?

ya, kalau mau ngajakin ribut atau diskriminasi mah gampang, 
balik aja ke masa lalu,
ketika perang meninjakkan kaki nya di dunia, dan semua orang saling mempertahankan nyawa di setiap sudut kota, 
bersembunyi dan tertawa suka-suka.
ngeliat tontonan rutin anak-anak menangis tanpa orang tua, yang kelaparan mati di pinggiran jalan, darah banjir dimana-mana.

ya, mending kembali ke masa itu saja.
ah, maaf kata.
saya cuma anak ababil yang lagi labil (?)
maklum lah pengetahuan terbatas saya suka bikin emosi tumpah-tumpah .

0 komentar:

Posting Komentar