Review Buku Rudy |
Judul
Buku : Rudy : Kisah Masa Muda Sang Visioner
ISBN :
978-602—291-111-1
Penerbit : Bentang Pustaka - Plot Point - THC Mandiri
Penerbit : Bentang Pustaka - Plot Point - THC Mandiri
Penulis
: Gina S. Noer
Cetakan
ke : Pertama (September,
2015)
Tebal : 266halaman + cover
_________________________________________________________________________________
Blurb
Ini adalah perjalanan Rudy menjadi B.J. Habibie.
Rudy adalah kisah yang disusun dari cerita-cerita B.J.
Habiebie yang belum diceritakan sebelumnya. Ini adalah kisah tentang perjalanan
tumbuh dewasa seorang anak laki-laki dan Indonesia yang masih belia.
Tak banyak yang tahu bahwa cita-cita membangun industri
pesawat terbang untuk Indonesia justru berawal dari ketakutan Rudy akan pesawat
pada masa Perang Dunia Kedua. Tak banyak juga yang tahu kisah cinta tersembunyi
Rudy sebelum akhirnya ia bertemu Ainun, cinta sejatinya, dan fakta bahwa Rudy
tak terlalu suka kata “mimpi” sebagai kata ganti apa yang sangat ia inginkan.
Baginya, “cita-cita” adalah kata yang lebih menjejak dan nyata.
Dalam buku ini kita akan temukan alasan kenapa Rudy
jengah bila dipanggil genius, tapi lebih senang bila disebut sebagai pekerja
keras yang setia. Setia pada cita-citanya. Setia pada cintanya. Kita akan
mengikuti perjalanan bagaimana B.J. Habibie yang kita kenal datang dari
bentukan visi besar orangtuanya, pengorbanan keluarganya, dukungan para sahabatnya,
dan inspirasi terbesarnya: Indonesia.
_________________________________________________________________________________
WASPADA----AREA PENUH SPOILER---
Saya sangat senang ketika mendapatkan buku ini pada awal
November, setelah dengan setia menunggu buku ini terbit. Terlebih lagi buku ini
juga memuat pesan khusus Pak Habibie kepada para pembaca.
_________________________________________________________________________________
Semoga buku ini dapat mengilhani pembaca menempa masa
depannya yang cerah dan tentram
Dimanapun, kapanpun ANDA sedang berada sepanjang masa.
Bacharuddin Jusuf Habibie
Jakarta, 12 Oktober 2015
_________________________________________________________________________________
Terasa spesial dan bangga, ketika saya memegangnya
pertama kali. Buku ini pun lantas saya banggakan di depan teman dan kerabat
saya yang juga menikmati buku dan biografi. Hanya saja tak banyak yang
menyadari, nama Rudy pada buku ini adalah nama panggilan bapak Habibie sedari
beliau kecil.
Well, buku ini tidak hanya memuat kata demi kata kisah
perjalan Pak Habibie sedari kecil, namun juga dilengkapi foto perkembangan
kisah hidup beliau. Buku ini lengkap bagi saya.
Kita mulai bahas dari covernya yang memuat foto Rudy
saat berhasil membuat pesawatnya sendiri dari bahan-bahan dan alat yang ada
saat beliau praktikum di pabrik tempat mahasiswa RWTH-Aachen melakukan
praktikum mereka. Foto tersebut diambil atas saran oleh salah seorang warga
Jerman ketika Rudy berhasil menerbangkan pesawat sepanjang 60 cm itu
dengan remote control yang telah ia buat. Orang tersebut jugalah yang
mengabadikan hal tersebut.
Bagian awal cerita dimulai dengan sebuah prolog
yang mengisahkan penerbangan pertama Rudy, ketika ia berangkat menuju
Jerman untuk melanjutkan studi-nya.
Sumber : bukukita.com |
Selanjutnya, kisah perjalanan Rudy dijabarkan
menjadi tiga babak..
Babak pertama terdiri atas 8 judul, yang
mengisahkan tentang Rudy kecil dan keluarganya sejak Indonesia
berada dibawah pemerintahan Belanda hingga Perang Dunia Kedua dan akhirnya merdeka.
Bagian ini juga menceritakan kehilangan keluarga Rudy akan sosok adiknya
dan juga ayahnya yang kemudian menjadi titik balik kehidupan keluarga Rudy
serta kisah bagaimana akhirnya Rudy dapat melanjutkan pendidikan dan berkuliah
di Bandung.
Babak kedua (8 judul) mengisahkan perjalan
studi Rudy selama di Jerman, sejak ia mendarat di Belanda hingga
akhirnya memulai studinya di Jerman. Kehidupan studinya di Jerman yang
mengalami banyak hambatan, baik dari segi finansial juga pertemanan. Serta
semangatnya untuk mengembangkan industri dirgantara Indonesia serta
perjuangannya untuk rencana pengembangan Indonesia yang ter-imbas oleh masalah
politik di negara. Kehidupan percintaannya yang baru. Hingga akhirnya Rudy
masuk rumah sakit dan dinyatakan meninggal oleh pihak medis di sana.
Babak ketiga (4 judul) mengisahkan ketika Rudy
mengambil istirahat dari studi S2-nya dan pulang ke tanah air. Saat inilah
ibunda Rudy semakin gencar menjodohkan Rudy dan Ainun
hingga akhirnya mereka berdua menikah.
Kisah ini ditutup
dengan epilog ‘Bukam Pnerbangan Terakhir’ yang menceritakan
keberangkatan Rudy kembali ke Jermab untuk melanjutkan studi, didampingi oleh
sang istri, Ainun.
Yup, membaca kisah beliau membangkitkan semangat dalam
diri saya yang mulai padam. Perjalanan menjadi seorang B.J. Habibie bukanlah
hal yang mudah. Banyak cerita pahit, pengorbanan, kehilangan, juga cemoohan.
Pencarian dan perjuangan yang ia lalui sangat nyata dan menyentuh.
Well, saya gak yakin tentang apa saja yang ingin saya
sampikan terkait buku ini. Ketika saya membacanya saya merasa terserap dan
merasa melihat langsung perjalan hidup Pak Habibie. Mungkin karena
penceritaannya yang detail.
Secara keseluruhan buku ini ‘menampar’ saya yang mudah
sekali menyerah dan mundur sebelum berjuang. Saya merasa tersindir sebagai
seorang yang tak setia terhadap cita-citanya. Saya merasa buku ini perlu dibaca
oleh siapa saja yang sedang berjuang ataupun sedang tertatih mewujudkan
cita-citanya.
_________________________________________________________________________________
“Begitu kamu mencicipi rasanya terbang, kamu akan selalu
berjalan dengan mata menatap ke langit, karena kamu pernah ke sana, dan
kerinduanmu akan selalu tertuju padanya.”
--Leonardo Da Vinci
_________________________________________________________________________________
Terlepas dari kisah perjuangan itu, saya sangat senang
mengetahui bahwa Pak Habibie menyukai Goethe, dan juga Dostoevsky.
Bukan karena saya pengagum berat mereka, karena saya belum membaca cukup banyak
karya mereka. Tapi memang saya akui bahwa karya mereka sangat mengguggah. Ah
ya, Pak Habibie membuat saya semakin penasaran dengan karya Jules Verne, banyak
kenalan saya yang selama ini menyarankan saya untuk membaca karya beliau.
Mungkin jika ada yang juga tertarik membaca karya Verne, kita bisa sama-sama
mencoba membaca Lima Minggu di Balon Udara, buku yang sama dengan yang
dibaca Rudy kecil.
_________________________________________________________________________________
“Kalau aku bisa melihat lebih jauh, itu karena (aku)
berdiri di pundak-pundak para Raksasa”
--Issac Newton, Surat-Surat Issac Newton
_________________________________________________________________________________
Sumber : youtube.com |
Tentang Pak Habibie semasa masih balita yang saya sukai
di buku ini adalah bagaimana Pak Habibie berhenti menangis ketika mendengar
ayah beliau mengaji.
Cara Pak Habibie menikmati masa kecilnya dengan membuat
pertanyaan dan menjawab pertanyaan tersebut juga menarik perhatian saya. Saya
jadi teringat seseorang yang pernah berkata, “Siapa sih yang tidak suka
Fisika? Fisika adalah hidup itu sendiri.”. Merasa malu sekaligus lucu
mengingat masa kecil saya yang tidak terlalu menarik karena banyak dihabiskan
dengan ketakutan mencoba sesuatu yang baru.
Keluarga Pak Habibie saat itu juga membiasakan diri
menggunakan bahasa Belanda dirumahnya. Seorang teman saya waktu kecil pernah
bercerita bahwa kakeknya mengatakan , saat zaman penjajahan buku-buku
diterbitkan dalam bahasa Belanda, dan bukan hal yang aneh jika banyak orang
yang berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda, dan karena alasan yang jugalah
kakek beliau sangat fasih berbicara menggunakan bahasa Belanda. Maklum, saat
itu Indonesia berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda.
Kedekatan Rudy dan adik beliau pun, Fanny, bagi saya juga
sangat menarik. Kisah diantara mereka yang berkesan bagi saya adalah ketika Rudy
menelepon Fanny yang tengah sibuk dengan pekerjaannya karena suatu keadaan
penting. Keadaan penting itu sendiri adalah Rudy meninggalkan kunci mobilnya di
dalam mobil, sehingga ia tidak dapat membuka pintunya. Ketika Fanny kemudian
mencoba mengotak-atik lubang kunci, Rudy berceletuk bahwa untuk memperbaiki
lubang kunci diperlukan biaya yang lebih mahal, dan beliau menyarankan Fanny
untuk memecahkan kaca mobil dengan batu besar yang sedang Rudy pegang.
Saat itu Fanny sempat bingung sejenak, “jika Rudy sudah
tau solusinya, kenapa justru menungguku?”. Pikiran yang sama juga terlintas
dipikiran saya. Kemudian Fanny pun menemukan jawabannya bahwa sedari kecil
setiap kali Rudy memiliki gagasan, maka Fanny lah yang akan melakukan
eksekusinya.
_________________________________________________________________________________
“Apapun yang seseorang bisa bayangkan,
akan ada orang lain yang bisa membuatnya menjadi nyata.”
--Jules Verne, Keliling Dunia dalam 80 Hari
_________________________________________________________________________________
Sumber : tokopedia |
Hal mengagumkan dari sosok Rudy, yang membuat saya iri
adalah keyakinannya. Saya pernah mendengar bahwa seseorang yang cerdas itu
merupakan seseorang yang tau kemampuan dirinya. Mengatakan “Aku bisa
melakukannya” dan kemudian sukses dalam melakukannya, mewujudkannya. Tapi saya
lebih sering berujar, “mungkin saya akan bisa melakukan itu”. Seolah berusaha
memantapkan hati bahwa saya akan gagal melakukannya.
Kehidupan yang di jalani Rudy selama berkuliah di Jerman
yang saat itu terbatas dengan biaya tidak melunturkan sedikitpun keteguhan
hatinya. Namun hal itu juga bisa menjadi kekurangan Rudy. Ia sangat ngotot dan
berani melawan, sehingga tak jarang ia sering disalahpahami oleh orang-orang
disekitarnya.
Bagi saya yang membaca kisah Rudy, pengalaman pertama
paling mengesankan dalam kehidupan kuliahnya adalah ketika Rudy lolos sebagai
peringkat tiga besar dari ujian Studienkollegs dari 200-an
peserta.
Salah satu kisah menarik lainnya adalah saat Rudy
praktikum selama 3 minggu di Essen, pegawai Pabrik di sana tidak
mengenal Indonesia, dan justru menganggap Indonesia merupakan bagian dari Bali (saya
baru tau bahwa kesalahpahaman ini sudah berlangsung sangat lama). Setelahnya pegawai
tersebut menanyakan tentang bahasa paling sulit di dunia. Rudy yang sudah
mempelajari bahasa Inggris, Belanda, Prancis dan Jerman, berujar bahwa bahasa
Jerman-lah yang paling sulit. Jawaban itu meyenangkan hati para pegawai di sana
yang bangga bayi-bayi mereka sedari lahir mampu berbahasa Jerman.
Bagian yang tak kaah menarik adalah ketika pegawai di
pabrik itu bertanya tentang kefasihan Rudy berbicara bahasa Jerman. Mereka
berpendapat bahwa Rudy memiliki darah Jerman. Rudy yang cukup bosan menjawab
pertanyaan itu mengatakan “Ya.”, jawaban Rudy selanjutnya lah yang membuat saya
tersenyum. Monggo dibaca bukunya :D
Oh ya, sedikit membocorkan kisah cinta Rudy, saat ia di
Jerman hubungan komunikasinya yang terbatas dengan teman wanitanya di Bandung
secara tidak langsung mendekatkan Rudy kepada seorang wanita yang ia jumpai di
Jerman, seorang wanita yang juga menyukai
Goethe.
_________________________________________________________________________________
“Nirgends wollte
man zugeben, dass Wissenschaft und Poesie vereinbar seien. Man vergaß, dass
Wissenschaft sich aus Poesie entwickelt habe, man bedachte nicht, dass, nach
einem Umschwung von Zeiten, beide sich wieder freundlich, zu beiderseitigem
Vorteil, auf höherer Stelle, gar wohl wieder begegnen könnten.”
--Goethes Naturforschung—
“Orang dimana-mana tidak ada
yang mau mengakui bahwa sains dan puisi itu berkecocokan. Lupa bahwa sains
tumbuh dari puisi dan tidak menimbang bahwa setelah zaman berbalik, keduanya
adalah teman, saling menguntungkan. Pada titik yang lebih tinggi, bahkan bisa
bertemu lagi, dan lagi.”
--Goethes Naturforschung—
_________________________________________________________________________________
Dalam kisah kehidupan kuliah
Rudy di Jerman ini jugalah saya baru tau bahwa beliau menyukai musik klasik.
Tak banyak yang saya tau dari beberapa nama yang disebutkan, sedikit yang saya
kenal seperti Mozart, Beethoven, dan Chopin. Selain
itu banyak juga judul buku Dostoevsky yang menjadi favorit Rudy. Buku-buku yang
membentuk pola pikir seorang Rudy.
_________________________________________________________________________________
“Satu lagi, Rud. Kujamin,
kami, orang Jerman, tak akan menyia-nyiakan kegeniusanmu”
--Page 161
Ketika Rudy berdiskusi
dengan seorang temannya yang berkebangsaan Jerman tentang keinginannya membuat
pesawat dan kondisi bangsa Indonesia yang saat itu fluktuatif. Temannya
menyarankan Rudy untuk tetap di Jerman.
_________________________________________________________________________________
Sosok sahabat Rudy selama di
Jerman yang paling membua saya terkesan adalah Keng Kie. Beliau adalah
yang paling sabar dan bisa menghadapi Rudy, teman berdiskusi terbaik yang juga
sabar. Kisah paling lucu diantara mereka yang saya tau adalah ketika Keng Kie
dan Arief Marzuki pura-pura tidak mengenal Rudy saat ia dihalangi masuk bioskop
karena di sangka petugas sebagai anak di bawah umur.
Keng Kie yang selalu setia
menemani Rudy. Ketika Rudy terpilih sebagai Ketua PPI-Aachen, dia mengatur dan
mengarahkan anggotanya dengan sangat baik. Meski pada saat itu banyak halangan
dan tekanan terhadap cita-cita Rudy membangun Indonesia. Bahkan saat itu Rudy
sempat harus dirwat ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal.
_________________________________________________________________________________
“Rasa sakit dan penderitaan
selalu tidak terelakkan untuk yang berakal luas dan berhati dalam. Orang-orang yang
benar-benar besar pastilah, menurutku, punya kesedihan besar di bumi.”
--Fyodor Dostoevsky, Crime
and Punishment
_________________________________________________________________________________
Poster Film Rudy Habibie |
Kabar sakitnya itu terlambat
sampai ke telinga teman-temannya. Ketika mereka datang menemui Rudy, kondisi
Rudy sudah sangat kritis. Namun Rudy tetap berbasa-basi dengan teman-temannya
itu. Tak pernah sekalipun mereka meliht Rudy bersedih. Justru Rudy sesekali
menjelaskan kondisi medisnya kepada merak sambil memperlihatkan sebuah buku
kedokteran di mejanya. Selama 6 bulan dalam masa perawatan dan penyembuhan Rudy
merasa kesepian jauh dari buku, teman, dan kegiatan kampusnya. Meski terlambat,
saat mengetahui kondisi Rudy, Mami-nya segera berangkat ke Jerman.
Setelah itu Rudy pun mulai
melanjutkan studinya untuk mendapatkan gelar kelulusannya. Kondisi di tanah air
yang semakin kacau karena adanya Agresi Militer Belanda, berdampak pada
penyelesaian studi Rudy, hasil perhitungannya untuk pesawat militer dirampas
paksa darinya. Saat itulah akhirnya setelah sekian lama Rudy mengambil
kesempatan untuk beristirahat sejenak dan kembali ke Indonesia. Tempat dimana
akhirnya ia menemukan cinta sejatinya Ainun, yang kemudian menemaninya
sepanjang hidupnya.
0 komentar:
Posting Komentar