WHAT'S NEW?
Loading...

Who's Wrong or Right


Who's Wrong or Right


Itu salah satu kalimat favorit saya dari lagu Beat It nya MJ o.o)a



"It's doesn't matter who's wrong or right"

Tak peduli siapa yang salah atopun yang bener.

Seseorang dulu pernah bilang ke saya, kalau Marshall D. Teach di One Piece bilang "Mau dicari kemanapun tidak akan ada yang namanya benar atau salah. Semua orang punya pandangan masing-masing"
*cmiiw

Seseorang mungkin akan berfikir mencuri uang penjajah untuk membantu masyarakat miskin itu salah, karena bagaimanapun juga itu haram. Namun ada juga yang berfikir itu tindakan yang benar, karena uang yang di rampas memang hak rakyat miskin.

Begitu juga dalam menjalani hidup, pilihan yang kita ambil terkadang di nilai salah orang lain, walaupun kita yakin itu benar. Walaupun demikian, tetap saja kita harus mempertimbangkan norma yang ada di masyarakat sebagai pertimbangan "benar" dan "salah". Faktanya, segala hal yang kita lakukan akan diperhatikan oleh masyarakat, dan berkaitan ataupun bergantung pada masyarakat.

Ngomong-ngomong tentang teori "Benar dan Salah" ini, saya jadi ingat sebuah kisah. o.o)a

di daerah tempat tinggal saya, banjir seolah rutinitas wajib di musim hujan, tak butuh hujan berhari-hari, beberapa jam saja sudah akan ada efeknya. Tempat tinggal saya berada tak jauh dari sungai, dan berada di atas tanah rawa. Pembangunan perumahan dan jalan memakan banyak bagian di rawa. Hasilnya banjir semakin tak terelakkan. Penduduk sekitar juga tak jarang yang keluar larut malam hanya untuk membuang sampah ke badan sungai. Biasanya satu keluarga bisa membuang sekantung sampah per-minggunya. 

Bagian pentingnya, tidak hanya satu keluarga yang melakukan itu. Saya tak mampu menghitung besarnya sampah dari warga sekitar di sungai per-bulannya, tapi saya rasa itu cukup untuk menyumbat aliran sungai. Beberapa warga lain bahkan ada yang membuang sampah lebih banyak jika ada perhelatan. Beralaskan pembakaran sampah akan mengganggu aktivitas di sekitar rumah, inilah alternatif yang dipilih beberapa warga. 

Ketika banjir datang, para warga akan kesal dan marah. Tidak seperti kota lainnya yang menyalahkan pemerintah, warga lebih memilih menyalahkan alam. Pasalnya ada kayu-kayu, ranting, lumpur dan sebagainya. "Hujan di gunung adalah hal yang salah, karena airnya pasti akan mengalir ke bawah, kemana lagi kalau bukan ke pemukiman kita", itu juga salah satu alasan yang warga keluhkan.

Padahal kalau hendak menyalahkan hujan di gunung, itu cukup berlebihan. Tumbuhan yang di gunung butuh air, selain itu hujan memang sudah merupakan kondisi ketetapan Sang Pencipta. Jika dipikir-pikir lagi kami telah menyalahkan Sang Pencipta, Allah SWT.

Ternyata kami lebih ekstrem dibandingkan penduduk lainnya diluar sana ..

Kami memilih tidak menyalahkan pemimpin karena pemimpin adalah manusia. Manusia selalu melakukan kesalahan, dan warga juga merupakan manusia. Warga tau pada dasarnya yang salah adalah manusia. Sampah yang terombang-ambing saat banjir itu ulah warga. Keberadaan selokan bisa dibilang minim, karena lebih banyak di semen menjadi jalan dan halaman, dengan kata lain kurang daerah resapan air. Warga bahkan menyebabkan pendangkalan sungai dengan berbagai aktivitas pertambangan di badan sungai, dan juga MCK, serta perumahan minimalis dadakan, menggunakan kayu dibantaran sungai .

Pemimpin yang notabene adalah manusia tidak dapat mengendalikan banjir seperti Avatar. Walaupun ia atau keluarganya membuang sampah juga di sungai, warga malu menyalahkan beliau, toh warga juga sama. Jadi biarkan sajalah alam yang di-kambing hitamkan. 

Jika ditanyakan tentang evakuasi banjir, bisa dibilang bantuan baru akan datang jika ketinggian telah mencapai leher orang dewasa. Itu pun terkadang lebih lambat lagi datangnya. Warga mau saja mengeluh, tapi malu-malu. "Ah, sudahlah. Udah biasa, toh ini ulah kita juga. Ya, dirasain aja, dinikmatin"

Seringnya banjir dan kesadaran akan penyebab yang jelas itu-itu saja bahkan membuat media lokal sangat jarang menampilkan kondisi banjir. Sekolah pun juga jarang mengadakan libur, tetap sekolah meski tanpa sepatu, meski hanya setengah hari, tergantung perkembangan banjir itu sendiri.

ya, bener-bener berlaku "It's doesn't matter who's wrong or right".


0 komentar:

Posting Komentar