Foto Pribadi |
Judul
Buku : Rindu
ISBN :
978 — 602 —899 – 790 - 4
Penerbit : Penerbit Republika
Penerbit : Penerbit Republika
Penulis
: Tere Liye
Cetakan
ke : Lima Belas (April, 2015)
Tebal : 544halaman + cover
_________________________________________________________________________________
Blurb
“Apalah arti memiliki,
ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan,
ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan,
dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?
Apalah arti cinta,
ketika kami menangis terluka atas perasaan yang
seharusnya indah?
Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu
yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak
melupakan?
Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam
rindu?
Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.”
Ini adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan.
Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang
kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah
dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan.
Selamat membaca.
_________________________________________________________________________________
WASPADA TERHADAP SPOILER---
--SPOILER TERJADI BUKAN KARENA ADA NIAT PELAKU TETAPI
DIDUKUNG KESEMPATAN DAN PERASAAN--
Pertama, sebelum membahas jauh tentang buku ini, saya
ingin menyampaikan kekurangan dari buku ini bagi saya pribadi. Mengingat ini
adalah cetakan kelima belas, saya berpikir bahwa kesalahan pengetikan
seharusnya sudah sangat jauh berkurang, namun saya masih menemukan sangat
banyak kesalahan penulisan, seperti kata yang hilang, imbuhan yang hilang, dan
kesalahn pengetikan kecil lainnya. Jujur saja itu cukup memberikan kekurangan
poin pada saat proses pembacaannya.
Ini adalah buku pertama dari Tere Liye yang saya baca,
meski banyak teman-teman saya yang sudah membaca buku dari Tere Liye, saya
sengaja tak pernah bertanya bagaimana tulisan dari salah satu penulis paling
produktif asal Indonesia ini. Jadilah saya menebak asal bahwa tulisan beliau
sepertinya akan memiliki suasana yang sama dengan Andrea Hirata
bersenggolan dengan A. Fuadi.
Saya paham setiap penulis punya ciri sendiri dari
tulisannya. Namun pendapat pada paragraf sebelumnya hanya sekedar tebakan asal
dari orang awam macam saya.
Ketika akhirnya saya membaca novel ini, saya menemukan penulis
baru yang nantinya akan menjadi salah satu idola saya. Suasana tulisannya
mengingatkan saya pada sebuah novel terjemahan tua karya seorang pujangga lama
asal Turki yang saya baca 8 tahun lalu. Namun, meski memiliki suasana yang
sama, tapi jelas sekali perbedaannya.
Saya suka pemyampaian kata yang sederhana dan mudah
dipahami. Pun dengan masing-masing karakter yang meninggalkan kesan mendalam
pada saya pribadi. Setiap karakter tergambarkan dengan kuat. Anna dan Ambo
Uleng adalah favorit saya.
Kisah dalam buku ini mungkin memang hanya sebatas fakta
yang dijadikan fiksi. Namun saya yakin sebahagiannya mungkin saja nyata dan
memang begitulah adanya.
Jujur, kali pertama membaca kapal uap pada halamannya,
saya terkejut dan langsung membayangkan akhir menyedihkan bak film Titanic..
Saya berharap kisah ini adalah kisah nyata yang sungguh
terjadi, karena kisah ini begitu indah. Saya pikir ini adalah salah satu kisah
yang akan menjelaskan apa itu makna toleransi, persatuan, kebersamaan,
dan Islam yang sesungguhnya.
Seperti yang saya tulis pada akun Goodreads saya,
buku ini memuat pertanyaan dan pun jawaban yang muncul dalam hidup saya,
kebahagiaan sejati, melupakan, mengikhlaskan. Pertanyaan dari perasaan yang
muncul secara alami dalam hidup, kebenciaan, patah hati, keresahan, keraguan,
ketakutan.
Setelah membaca Rindu saya benar0benar berharap bahwa
saya belum terlambat untuk membaca buku Tere Liye lainnya. Saya ingin mengenal
lebih jauh tentang Islam melalui pendekatan sederhana seperti tulisan dari Tere
Liye.
Oh, ya. Hal yang paling menyenangkan bagi saya adalah
sifat kanak-kanak Elsa dan Anna, yang saya nilai sebagai anak-anak muslim
seharusnya. Ya, mengingat banyaknya anak-anak seumur Anna (9 tahun) dan Elsa
(15 tahun) saat ini lebih banyak menyentuh kedewasaan terlalu dini dan
kehilangan kemurnian serta kepolosan dunia kanak-kanaknya.
-----------------------------------------------------------------------
Terkait kalimat kutipan dari buku ini, ada sangat banyak
sekali kalimat yang indah dan dapat menjadi nasehat, namun jika keseluruhannya
dituliskan jadilah saya dituntut hukum atas penggandaan karya tanpa izin.
Karena, semua bagian dalam buku ini adalah nasehat dan kata bijak yang sangat layak
di kutip dan dikenang, diingat dan dipraktekan.
Tapi, biarlah saya mencoba mengingat beberapa..
“Tentu tidak. Insya Allah akan kusebut namamu di sana
Dale. Semoga besok lusa kau dan keluargamu bisa berangkat ke Tanah Suci.”
“Ya Rabbi. Terima kasih, Gurutta. Terima kasih. Aku sejak
tadi ingin sekali bertanya, apakah Gurutta berkenan berdoa untukku di sana.
Tapi sungkan sekali. Istriku akan senang mendengar kabar ini, tunggu saja saat
aku bercerita padanya, dia pasti menangis karena senang.”
“Hanya doa Dale. Itu bukan apa-apa.”
“Itu segalanya, Gurutta. Itu melebihi apapun.”
(Ketika Gurutta bercakap dengan Dale seorang tukang
pangkas rambut sebelum naik kapal Blittar Holland untuk naik haji terkait
keinginan Dale untuk ikut melakukan ibadah haji.)
Benarlah kata orang, doa adalah sumber kekuatan yang
tidak terbayangkan. Dale si tukang cungkur memikul tas besar itu seperti
membawa karung kapas saja, hanya karena dijanjikan didoakan di Mekah.
(Ketika Dale kukuh ingin mengantarkan Gurutta hingga ke
kapal sembari membantu membawa tas besar Gurutta.)
“Lihatlah kemari wahai gelap malam. Lihatlah seseorang
yang selalu pandai menjawab pertanyaan orang lain, tapi dia tidak pernah bisa
menjawab pertanyaan sendiri.
Lihatlah kemari wahai lautan luas. Lihatlah seseorang
yang selalu punya kata bijak untuk orang lain, tapi dia tidak pernah bijak
untuk dirinya sendiri.”
(Sajak yang dilantunkan Gurutta dalam perjalanan kembali
ke kabin setelah menjawab pertanyaan dari Bonde Upe.)
_____________________________________________
Cuma segitu sih, gak apalah ya..
Well, boleh coba dibaca ini saat menikmati ‘me time’,
sambil menyeduh teh di sore hari.
Semoga menginspirasi. Hhehe..
Sekian, ciao~
0 komentar:
Posting Komentar