Judul
Buku : Love, Hate & Hocus-Pocus
ISBN :
978 — 979—22 - 3800-6
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Penulis
: Karla M. Nashar
Cetakan
ke : Ketiga (Desember, 2008)
Tebal : 264halaman + cover
_________________________________________________________________________________
Blurb
HATE at first sight. Itulah definisi yang tepat untuk
menggambarkan Troy Mardian dan Gadis Parasayu. Mereka partner kerja yang
dinamis—sedinamis gejolak permusuhan mereka yang terus meletup di antara mereka
berdua. Hanya satu persamaan mereka: sama-sama nggak percaya yang namanya
hocus-pocus, ramal-meramal, paranormal, astrologi, kartu tarot, feng shui, atau
apapun sebutannya yang berhubungan dengan dunia pernujuman.
Lalu apa yang terjadi saat mereka terbangun pada suatu
Minggu pagi yang cerah, dan mendapati diri mereka berada di ranjang yang sama
dalam kondisi bugil, plus cincin kawin yang melingkari jari manis masing-masing,
serta sepotong memori kabur tentang pernikahan yang mereka lakukan tiga belas
hari yang lalu?!
Mungkinkah si gipsi misterius yang didatangkan dari Eropa
pada pesta ulang tahun kantor mereka yang sudah menciptakan kegilaan ini? Semua
itu hanya karena Gadis dan Troy sama-sama tertawa keras saat wanita tua itu
mulai menunjukkan kemampuannya.
_________________________________________________________________________________
WASPADA----AREA PENUH SPOILER---
Sebenarnya saya sudah mendengar tentang buku ini sejak
lama, tapi baru kesampaian membacanya saat ini. Bahkan saat membaca buku ini
saya tidak tau kalau buku ini ternyata ada kelanjutannya. Saya baru tau setelah
membaca review dari para pembaca di Goodreads.
Ketika awal membacanya, saya merasa bahwa cara
penceritaannya seperti novel teen-lit ketimbang metropop. Walau
saya sendiri tidak yakin benar apa saja perbedaan teen-lit dan
metropop ini. Sebelum membaca novel metropop yang satu ini, saya hanya
pernah membaca dua buku metropop yang saya pinjam saat SMA dari koleksi buku
kakak saya. Novel metropop yang saya baca saat itu bahasanya lebih serius,
sementara buku ini diceritakan dengan sangat ringan dan penuh humor ala buku teen-lit.
Yah, ini sih hanya pendapat saya yang awam.
Bukan berarti saya tidak suka karena bukunya mengingatkan
saya pada teen-lit, saya juga menyukai bacaan ringan yang penuh humor.
Sederhananya ini hanya tidak sesuai dengan ekspektasi awal saya, tapi bukan
dalam makna yang buruk.
Hal lain yang justru mengganggu saya adalah banyaknya
kalimat yang diucapkan dalam dua versi berbeda, mengingat Troy lebih sering
berbicara dalam bahasa inggris dan Gadis lebih sering berbicara bahasa
indonesia. Tidak masalah jika kalimat mereka berdua tidak sama, alias kalimat
itu merupakan rangkaian percakapan. Bukan kalimat yang diucapkan bersamaan.
Saya paham, tentu saja jika menggambarkan dua karakter yang bermusuhan ada
kalanya kedua karakter tersebut mengeluarkan argumen yang sama. Namun kalau
argumen yang sama tersebut sering kali diucapkan bersamaan, dan mendapati dua
kalimat dengan makna sama terlalu sering, saya merasa tidak nyaman.
Seperti..
“Ya Tuhan!!” (Gadis)
“Oh my god!!” (Troy)
“Gimana mungkin?” (Gadis)
“How could this possible!!” (Troy)
“Seseorang harus membayar lelucon tolol ini!!” (Gadis)
“Somebody must pay for this stupid joke!!” (Troy)
Saya pribadi lebih suka jika bagian itu tidak terlalu
berlebihan, dan diselingi dengan kalimat pasif atau dibentuk dari dua PoV yang
berbeda. Rasanya sepanjang membac buku ini terlalu banyak saya temui tanda
kurung yang menjelaskan siapa yang mengatakan apa.
Nah, selain itu saya juga sependapat dengan beberapa review
di Goodreads yang mengatakan bahwa sejak pertengahan cerita, kalimat Troy
banyak memiliki kesalahan grammar, saya sendiri tidak terlalu peduli
mengingat kemampuan bahasa inggris saya juga tidak lebih baik, hanya saja ada
baiknya jika penulis melakukan cek grammar kepada ahlinya saat proses editing.
Namun bisa saja kesalahan grammar itu disengaja, mengingat Troy
sebenarnya adalah orang asli indonesia yang terobsesi kebarat-baratan. Jadi
karena itulah saya sebenarnya tidak merasa risih.
Terkait pendapat lain dari reviewers tentang
banyaknya pengulangan kalimat terkait deskripsi honeymoon Troy dan Gadis.
Satu kalimat yang diulang sebanyak 4 kali, saya rasa itu cukup berlebihan, bisa
saja kalimatnya diganti dengan pendeskripsian lain yang lebih sederhana. Karena
pengulangan kalimat tersebut memberi kesan ‘berlebihan’ pada ceritanya sendiri.
Well, meski begitu cerita ini merupakan tulisan pertama
mbak Karla yang saya baca, dan saya cukup menyukainya.
Tentu saya penasaran dengan bagaimana kelanjutannya,
karena saya memnag tidak menyukai ending yang masih menggantung. Tapi
saat ini saya tidak yakin akan dapat menemukan novel keduanya, terlebih karena
produksinya sudah sangat lama, tepatnya awal tahun 2009.
Yah, semoga entah bagaimana saya bisa menemukannya. Hhehe..
Sekian, ciao~
0 komentar:
Posting Komentar