Are we There Yet ?
corat-coret setelah sekian lama (?)*
Hanya aku yang belum dewasa, tetap bertingkah seperti bocah yang menyebalkan,
hufth,
Aku selalu ingin kembali ke masa lalu, berharap dapat menemui diriku yang dulu, bocah kecil pemurung yang senang berlarian di pematang sawah, menghalau burung atau sekedar berlarian untuk dapat tertawa.
itu kesalahan terbesar dalam hidupku yang selalu ingin aku perbaiki,
setidaknya aku berfikir perubahan kecil itu bisa membawakan ku masa depan yang menyenangkan.
Aku dapat tertawa tanpa berusaha mencari-cari alasan untuk melakukannya.
Memang benar perubahan di masa lalu membuat perubahan bagi masa depan, mungkin ada seseorang yang tadinya ku temui tapi tak kutemui di masa depan yang baru itu, ataupun sebaliknya. Menurutku itu tak buruk, lebih baik begitu. Aku tak perlu merasa tertekan ataupun bersedih sepanjang waktu.
Ya, aku tau itu semua juga salahku sendiri, kenapa aku tetap mengingatnya.
Bukan berarti aku tak merelakan setiap luka yang pernah kutemui, bukan, bukan itu. Hanya saja seringkali potret di sekitarku mengingatkan kembali kenangan itu.
Sekali waktu aku melihat seorang gadis yang dikunci di dalam toilet oleh teman-temannya, dan kejadian yang sama padaku di waktu dulu kembali membayangi diriku. Aku bahkan masih sering merasa ketakutan dan was-was ketika berada di dalam toilet, seolah selalu ada orang diluar sana yang akan mengurungku.
Aku tak lagi punya rasa marah ataupun dendam pada mereka yang melakukannya, aku lebih memilih mengingat itu sebagai kekhilafan mereka yang tak menyadari keberadaanku di dalam sana sebelum mereka pergi. Siapa yang akan menyadari keberadaan seseorang yang lebih hanya diam tanpa melakukan apa-apa. Kejadian itu telah kulepaskan dari amarah di hatiku, karenanya aku masih memiliki keberanian untuk menolong gadis yang terkunci di dalam toilet saat itu.
Sedikit 'flashback' yang terngiang dipikiranku itulah yang cukup mengganggu, sesaat rasa yang dulu ada saat itu muncul kembali, seolah membayangiku. Menghabiskan waktuku yang singkat dengan bayangan-bayangan seperti itu bukanlah sesuatu yang aku inginkan.
Selalu ada hasrat untuk menghapusnya, lebih dari sekedar memaafkan atau melupakannya.
....
Aku hanya ingin hidup bahagia, merasa tenang dan nyaman dengan hidupku, sama seperti mereka yang tertawa bahagia ketika berlalu melewatiku.
____________
Aku membaca lagi tulisanku di kertas lusuh itu, sebagian kata-kata yang tertulis tak bisa lagi dibaca dengan jelas karena titik-titik air dipermukaannya.
Setelahnya aku melipat kertas itu dengan rapi mengikuti pola yang pernah ku pelajari dulu, seekor burung bangau. Sebelum membakar kertas itu ku ucapkan sebaris do'a berharap apa yang telah kutulis tak pernah terjadi. Sedetik kemudian liukan api menari di bangau kecilku hingga ia menghilang dalam kepulan asap.
____________
YEW